Emas Budi

Emas Budi

Budi Said usai ditetapkan sebagai tersangka di Kejagung.----

--o-- Berikut ini karya R.Ng. Ronggowarsito, Serat Jaka Lodang. Saya kutip 3 bait awal saja. Walau pun ditulis lebih dari 2 abad yang lalu, isinya masih relevan dengan situasi negara kita saat ini. 1. Jaka Lodang gumandhul Praptaning ngethengkrang sru muwus Eling-eling pasthi karsaning Hyang Widhi Gunung mendhak jurang mbrenjul Ingusir praja prang kasor 2.Nanging awya kliru Sumurupa kanda kang tinamtu Nadyan mendak mendaking gunung wis pasti Maksih katon tabetipun Beda lawan jurang gesong 3. Nadyan bisa mbarenjul Tanpa tawing enggal jugrugipun Kalakone karsaning Hyang wus pinasti Yen ngidak sangkalanipun Sirna tata estining wong Terjemahan: 1. Joko Lodang berada di atas pohon, duduk santai di dahan yang berayun, mengingatkan kita semua dengan suara lantang: "Sudah menjadi kehendak Tuhan bahwa gunung yang menonjol akan ambrol, dan jurang yang dalam akan timbul, terisi reruntuhannya. Banyak sekali orang yang akan meninggalkan negeri ini" 2. Namun jangan salah paham Lihatlah bekas reruntuhan gunung itu. dan jangan sombong. Walau pun sudah runtuh, gunung itu masih terlihat bekasnya. Beda dengan jurang, walau pun sudah terisi masih juga kosong. 3. Jurang yang curam itu meskipun dapat melembung, kalau tidak ada tanggulnya sangat rawan dan mudah longsor. Semua terjadi karena Allah. Upaya manusia tidak dapat menghalangi kehendak NYA. (syair dikutip dari "https://macapat.wordpress.com/2006/10/29/serat-joko-lodang/" terjemahan diedit) Bait 1 di atas menunjukkan hukum alam,

djokoLodang

Serat Jaka Lodang (lanjutan) Bait 1 menunjukkan hukum alam, Diartikan secara kiasan: Yang tinggi bisa jatuh, yang di bawah akan naik. Saat berada di puncak, tetap eling, tidak lupa diri, tidak serakah, Yang masih di bawah, tetap bersemangat, tetap berjuang. Lalu, siapakah yang --menurut syair di atas-- akan pergi meninggal kan negeri ini? Arti harfiahnya, lari ke luar negeri. Arti yang lain, Anda lebih paham daripada saya. Mereka yang tidak bisa menerima hukum alam, yang tidak bisa menerima kenyataan, dijelaskan lebih lanjut pada bait ke-2: Kejatuhan kita dan kenaikan kita, dua-duanya tidak langgeng. Yang naik panggung seyogyanya memperhatikan yang turun panggung. Hari ini saya yang naik tahta, besok anda. Yang sudah saatnya turun, jangan bersikukuh. yang masih di bawah, ada saatnya nanti naik. Jangan sombong, jangan angkuh, bagi yang sedang bertahta. Jangan putus asa, bagi yang sedang berjuang. Bait ke-3 menyatakan, apa pun yang kita usahakan, akhirnya Allah yng menentukan. Itu sebabnya, ada nasihat para leluhur kita. Berupaya, bekerja keras, ulet, rajin. Setelah itu, hanya setelah itu, baru lah kita serahkan semuanya kepada Tuhan. Tidak mengeluh. Itu lah makna "nrimo ing pandum".

Gregorius Indiarto

Selama pemahaman tentang "Sesamamu Manusia" masih belum sama, maka akan sulit (memahami) apa lagi menerima perbedaan, dan akan sangat jauh dari kata "kesetaraan".

Udin Salemo

#everyday_berpantun Di Pandaan ada Masjid Merah/ Disana dilarang minuman miras Perbedaan itu hal yang indah/ Bagi yang memakai pikiran waras/ Di Terengganu dinamakan halia/ Bumbu masak dibawa dari Air Haji/ Di kampungku buya itu orang mulia/ Itulah panggilan untuk guru ngaji/ ------------------------------------------------------------ lamak bamain layang-layang/ bamain gundu kito kamudian/ lamak babini jo urang Sungayang/ disinan banyak buah durian/ taragak denai pai ka Lintau/ denai barangkek dari Lolong/ taragak denai makan ka lapau/ sayang saku-saku sadang kosong/

sinung nugroho

saya bersyukur Abah memasukan Nurcholish Madjid, Quraish Shihab, dan Buya Syakur dan Gus Dur sebagai cendekiawan muslim bukan ulama. Artinya pendapat-pendapat beliau-beliau tersebut berdasarkan pemikiran bukan berdasarkan nash-nash agama, sehingga bagi saya beliau berempat tersebut dalam kelompok yang sama dengan Socrates, Plato, Kahn bukan dalam kelompok ulama seperti Imam Syafii, Imam Maliki, Imam Hanafi, Imam Muhammad bin Hambal, Imam Nawawi, Imam Ibnu Rajab, Imam Ibnu Hajar Al Asqolani

DAPATKAN UPDATE BERITA FIN LAINNYA DI Google News


Ari Nur Cahyo

Tentang Penulis

Sumber: