Rambut Putih

Rambut Putih

Presiden Rusia Vladimir Putin.-Alexander Kazakov, Sputnik, Kremlin Pool Photo via AP-

BACA JUGA:

Intinya mereka minta agar saya jangan tukar dolar di hotel. Tukar ke mereka saja. Kursnya lebih bagus. Kurs pasar gelap. Sekalian membantu perjuangan Mujahidin.

"Dengan dolar yang sama saya bisa dapat rubel tiga kali lipat lebih banyak," kurang lebih begitu kira-kira yang mereka katakan.

Sebenarnya saya tidak perlu tukar uang. Di rombongan presiden ini semuanya tercukupi. Praktis tidak perlu uang. Saya hanya perlu memberi tips kepada petugas telex di belakang front office hotel itu. 

Saya harus kirim telex banyak sekali. Panjang-panjang. Yakni naskah berita. Dalam bahasa Indonesia. Belum ada internet. Belum punya email.

Resminya itu tidak boleh. Semua telex yang dikirim harus dalam bahasa Inggris atau Rusia. Agar KGB –dinas rahasia Soviet– bisa mengontrol isinya.

BACA JUGA:

Operator telex di situ seperti  kebingungan. Naskah ini bukan bahasa Inggris. Juga terlalu panjang. Ia duduk-berdiri. Toleh kanan-kiri. Wanita. Gemuk sekali. Tinggi. Tua. Rambut pirang. 

Telex yang harus dikirim biasanya hanya satu atau dua kalimat pendek. Ini lima halaman folio.

Wanita itu seperti mau menyerah. Ia harus mengetik satu huruf, lihat naskah, satu huruf lagi, lihat naskah lagi. Mungkin tiga hari lagi pun telex itu belum akan terkirim. Padahal malam itu juga harus sampai meja redaksi di Surabaya.

Untungnya Presiden Amerika turun tangan, membantu saya. Sang presiden mampu meyakinkan operator telex itu. Presidennya sendiri sudah lama almarhum tapi wajahnya masih sakti di atas lembaran warna kehijauan itu.

Akhirnya saya diizinkan masuk ruang telex. Juga diizinkan menyalin sendiri naskah itu di mesin telex. Satu jam selesai. Terkirim. Wanita itu minta: naskah saya jangan ditinggal di situ. Padahal seharusnya semua naskah telex tidak boleh dibawa.

BACA JUGA:

Presiden Amerika memang sakti. Pun yang sudah lama meninggal dunia.

Rupanya dua orang yang datang malam-malam itu bagian dari pejuang Mujahidin. Setengah takut saya serahkan USD 200. Saya dapat sebungkus uang rubel. Banyak sekali. Saya tidak menghitungnya. Tidak mengerti. Saya takut. Saya hanya ingin dua orang itu cepat pergi.

DAPATKAN UPDATE BERITA FIN LAINNYA DI Google News


Tiyo Bayu Nugro

Tentang Penulis

Sumber:

Berita Terkait

DK Jakarta

1 minggu