Komplotan Praktik Aborsi di Billy & Moon Pondok Kelapa Omzetnya Rp25 Juta per Hari

Komplotan Praktik Aborsi di Billy & Moon Pondok Kelapa Omzetnya Rp25 Juta per Hari

Penyebab bayi cegukan dan tips mengatasinya--pixabay.com/Fancycrave1

Komplotan Praktik Aborsi di Billy & Moon Pondok Kelapa Omzetnya Rp25 Juta per Hari

Komplotan praktik aborsi yang ditangkap Satreskrim Polres Metro Jakarta Timur di Komplek Billy & Moon, Pondok Kelapa, Duren Sawit mampu meraup keuntungan Rp 25 juta per hari.

Kasat Reskrim Polres Metro Jakarta Timur AKBP Dhimas Prasetyo saat mengatakan, berdasarkan pemeriksaan lima tersangka berinisial S, HH, IS, EP, dan SR, mereka dapat meraup Rp25 juta dalam satu hari.

"Tarif bervariasi, tergantung usia kandungan. Kalau 11 minggu ke bawah Rp4,5 juta, apabila 12 minggu sampai dengan sembilan bulan itu sekitar Rp9 juta," ujarnya.

Kepada penyidik Satreskrim Polres Metro Jakarta Timur, komplotan pelaku mengaku menjalankan bisnisnya selama dua tahun terakhir dan awalnya membuka tempat praktik di Jakarta Pusat.

BACA JUGA:Fakta Baru Dokter Gigi di Bali yang Aborsi 1.338 Pasien, Ternyata I Ketut Arik Bukan Anggota PDGI

Tapi dalam kurun waktu satu pekan terakhir para pelaku memindahkan lokasi bisnisnya ke Komplek Billy & Moon tempat mereka digerebek oleh polisi pada Rabu (17/5).

"Tersangka S (perempuan) sebagai pelaku utama sama sekali tidak memiliki keahlian di bidang medis. Hanya berdasarkan keahlian otodidak,pernah mendampingi seorang dokter," kata Dhimas.

Berdasarkan pengalaman S mendampingi seorang dokter tersebut yang digunakan tersangka untuk menjalankan bisnisnya bersama empat tersangka lain.

Para pelaku juga membeli sejumlah alat medis di antaranya vakum yang digunakan untuk aborsi, alat USG, jarum suntik, obat-obatan, hingga cairan kimia HCL untuk melarutkan janin.

BACA JUGA:Sepak Terjang Dokter Gigi di Bali Aborsi 1.338 Wanita, Pasang Tarif Rp3,8 Juta dan Sudah Dua Kali Dipenjara

Sementara untuk mencari korban, komplotan pelaku memasang iklan pada website dan mencantumkan nomor handphone WhatsApp mereka untuk sarana komunikasi.

"Dari nomor WhatsApp tersebut diarahkan ke rumah sakit, seolah-olah ini tindakan yang resmi. Dari situ tersangka yang menjemput, kemudian diarahkan diputar-putar, lalu ke tempatnya praktik," tuturnya.

Menurut dia, pelaku memanfaatkan HCL untuk menghilangkan nyawa janin yang sebelumnya dikeluarkan menggunakan vakum oleh pelaku.

DAPATKAN UPDATE BERITA FIN LAINNYA DI Google News


Khanif Lutfi

Tentang Penulis

Sumber: