Ahli: Sakit Maag Bisa Diobati dengan Puasa

Ahli: Sakit Maag Bisa Diobati dengan Puasa

Ilustrasi - Sakit Maag--(Pixabay)

Hasil penelitian tersebut dilaporkan empat tahun yang lalu oleh Peserta Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia -RSCM, dr Radhiyatam Mardhiyah.

Lewat penelitian berjudul “Pengaruh Puasa Ramadhan terhadap Gejala Klinis Pasien Penyakit GERD”, Radhiyatam mengidentifikasikan berbagai faktor risiko sebagai faktor yang dapat mencetuskan atau memperberat terjadinya GERD.

Antara lain obesitas, kebiasaan merokok, kebiasaan meminum alkohol, konsumsi makanan mengandung coklat, keju dan berlemak, asam, pedas, dan stres.

"GERD menjadi perhatian karena penyakit ini berhubungan dengan penurunan berbagai kualitas hidup pasien yang mengalaminya walau penyakit ini tidak akan menyebabkan kematian mendadak," tulisnya. 

Memang di awal gejala pasien yang menderita GERD mirip seperti pasien yang sedang mengalami serangan jantung.

Penyakit GERD tidak akan menyebabkan komplikasi pada jantung seperti yang selama ini menjadi kekhawatiran para penderita GERD.

Penelitian yang melibatkan 130 orang pasien GERD tersebut dibagi dalam dua kelompok, yaitu kelompok pasien dengan GERD yang berpuasa Ramadan dan kelompok GERD tidak berpuasa Ramadan.

Mayoritas subjek penelitian adalah pria dengan median usia di kedua kelompok adalah 53 tahun.

Pasien yang menjadi subjek ini telah dilakukan endoskopi saluran cerna dan sebagian besar memang pasien dengan NERD, yaitu suatu keadaan penyakit GERD yang tidak ditemukan luka pada klep antara kerongkongan dan lambung.

Pemeriksaan pasien dilakukan pada minggu ke-4 Ramadan dan dibandingkan tiga bulan setelah Ramadan.

Hasil penelitian mendapatkan bahwa pada kelompok pasien yang berpuasa Ramadan terdapat perubahan nilai GERD-Q (suatu parameter untuk menilai ringan buruknya GERD).

"Jumlah pasien yang mengalami perubahan sebanyak 55 pasien atau mencapai 85 persen. Bahkan pada 23 persen perubahan GERD yang terjadi dengan rentang yang cukup besar," tambahnya.

Beberapa analisa lebih lanjut menemukanfakta bahwa jumlah asupan rokok pasien selama berpuasa Ramadan berkurang dibandingkan saat tidak berpuasa.

Pengaruh selisih waktu antara makan terakhir dengan tidur tidak ditemukan pada kedua kelompok baik pada penderita GERD saat berpuasa dan saat tidak berpuasa.

Begitu pula tidak ada perbedaan antara selisih waktu antara makan terakhir dengan tidur pada kelompok puasa dan tidak puasa.

DAPATKAN UPDATE BERITA FIN LAINNYA DI Google News


Afdal Namakule

Tentang Penulis

Sumber: