Pagi Ini Menguat, Tapi Pergerakan Kurs Rupiah Hari Ini Berpotensi Melemah Lagi Karena Alasan Ini

Pagi Ini Menguat, Tapi Pergerakan Kurs Rupiah Hari Ini Berpotensi Melemah Lagi Karena Alasan Ini

Ilustrasi Rupiah. FOTO: Mohamad Trilaksono - Pixabay --

JAKARTA, FIN.CO.ID -- Mengutip data Bloomberg, Rabu 13 Juli 2022 pukul 09.15 WIB, kurs rupiah tengah diperdagangkan pada level Rp14.977 per dolar AS, menguat 18 poin atau 0,12 persen apabila dibandingkan dengan posisi penutupan pasar spot pada Selasa kemarin di level Rp14.995 per dolar AS.

Namun demikian, kurs rupiah diprediksi bakal kembali melemah, karena kemungkinan bank sentral Amerika atau Federal Reserve (The Fed) kembali menaikkan suku bunga acuan 75 basis poin pada bulan ini semakin besar.

(BACA JUGA:Turun Lagi Rp2.000, Harga Emas Antam Hari Ini Per Gram Jadi Segini)

(BACA JUGA:Harga Emas Hari Ini Turun ke Level Terendah 9 Bulan, Imbas Penguatan Dolar AS)

Pengamat pasar keuangan, Ariston Tjendra mengatakan nilai tukar rupiah mungkin bisa melemah terhadap dolar AS hari ini dengan sentimen the Fed yang makin menguat dan kekhawatiran pasar terhadap inflasi meninggi.

"Pasar berekspektasi besar bahwa Bank Sentral AS akan kembali menaikan suku bunga acuannya di bulan Juli 2022 sebesar 75 bp dan di bulan September 50 bp," kata Ariston dalam keterangan tertulis, Rabu 13 Juli 2022.

Tekanan inflasi yang masih tinggi dan situasi ketenagakerjaan yang membaik di AS mendorong ekspektasi tersebut. Data inflasi konsumen AS bulan Juni yang akan dirilis hari Kamis mendatang diekspektasikan akan mencetak rekor tertinggi baru dalam 49 tahun, 8,8 persen.

"Agresivitas the Fed dalam menaikan suku bunga ini melebihi bank sentral lainnya sehingga mendorong penguatan dolar AS," ujar Ariston.

(BACA JUGA:Harga Minyak Dunia Terkoreksi Turun, Brent dan WTI Kini di Bawah USD 100 Per Barel)

(BACA JUGA:IHSG 13 Juli 2022 Berpeluang Rebound, Beberapa Saham Pertambangan Jadi Rekomendasi Analis Hari Ini)

Selain itu, meningkatnya kekhawatiran pasar terhadap inflasi dan resesi mendorong pelaku pasar masuk ke aset aman dolar AS sehingga dolar AS semakin menguat. 

Dunia dihadapkan pada kenaikan harga energi dan pangan akibat perang yang menyebabkan harga barang konsumsi naik. Ini bakal mengikis daya beli masyarakat dan akhirnya menekan pertumbuhan ekonomi.

Di Indonesia sendiri, inflasi terus naik meski negara sudah memberikan subsidi energi yang besar. Lama kelamaan, masyarakat bisa mengurangi konsumsi yang bisa menghambat laju pertumbuhan ekonomi dalam negeri.

"Potensi pelemahan ke arah Rp15.050 per dolar AS, dengan support di kisaran Rp14.970 per dolar AS," pungkas Ariston.

DAPATKAN UPDATE BERITA FIN LAINNYA DI Google News


Sigit Nugroho

Tentang Penulis

Sumber: