Kredo Puisi Esai Menyeret Saya, Lalu Batin Saya Terusik

fin.co.id - 10/06/2024, 16:52 WIB

Kredo Puisi Esai Menyeret Saya, Lalu Batin Saya Terusik

Amelia Fitriani: CEO XYZ+ dan Anggota Komunitas Puisi Esai Indonesia

Teriaknya kala itu, “Ini perjuangan agung!”

Tak rela ia jika Dato’ tersungkur karena fitnah tak berujung_

_Korupsi dan sodomi, tuduhan kotor lukai marwah Dato’ dengan sadis

Oh… Fitnah politis harus dilawan dengan jalur politis

Muncul jadi tokoh top di PKN, Wan Azizah jadi politisi yang kritis

Konsisten membela Dato’ dengan semangat tak habis-habis_

4. Bumbui dengan fiksi yang imajinatif, namun tidak keluar dari tema

Sebuah puisi tidak lepas dari keindahan daya imajinatif yang membawa para pembacanya bertualang dalam pikiran mereka sendiri. Karena itu, dalam puisi esai, penulis juga diajak untuk mengasah daya imajinasinya agar tulisan menjadi indah.

Dalam “Azizah untuk Dato”, saya menciptakan  satu adegan Azizah tersipu malu ketika Anwar Ibrahim menyanyikan lagu “Azizah padanya”.

_Sedikit nakal aku membayangkanya

Bagaimana pipi Wan Azizah begitu meronanya

Juga senyum manis tersipu di bibirnya

Saat Dato’ senandungkan lagu itu padanya_

Adegan ini adalah rekaan imajinatif. Tidak ada referensi valid yang secara eksplisit pernah menyebutkan adegan itu terjadi atau tidak. Namun bait-bait itu menjadi bumbu manis pada “Azizah untuk Dato”

5. Pemilihan kata yang sederhana namun indah

Semasa kuliah, saya menganggap bahwa puisi adalah soal kata-kata yang canggih. Begitu canggihnya, sampai-sampai saya sulit menjangkaunya. Karena itu, dalam membuat puisi esai, sebagai sebuah “tunas”, saya memilih untuk memperkaya Bahasa dengan kata-kata sederhana namun indah.

Khanif Lutfi
Penulis