Fakta Nyamuk Wolbachia #3
Nyamuk Wolbachia telah diuji coba di beberapa negara, termasuk Indonesia
Nyamuk Wolbachia pertama kali ditemukan oleh peneliti asal Australia pada tahun 2011.
Kemudian, mereka membuat proyek kolaborasi riset yang bernama World Mosquito Program (WMP) yang melibatkan berbagai pihak, termasuk yayasan Bill & Melinda Gates Foundation yang mendukung riset global seperti WMP.
Proyek ini bertujuan untuk memperkenalkan nyamuk Wolbachia di daerah-daerah yang endemis DBD dan menguji efektivitasnya dalam menurunkan angka penularan.
Salah satu negara yang terlibat dalam proyek ini adalah Indonesia.
Sejak tahun 2014, peneliti dari Universitas Gadjah Mada (UGM) bersama WMP telah melakukan uji coba pelepasan nyamuk Wolbachia di Kota Yogyakarta.
Hasilnya, pada tahun 2020, ditemukan bahwa nyamuk Wolbachia dapat menurunkan kasus DBD sebesar 77% di daerah intervensi dibandingkan dengan daerah kontrol.
Uji coba ini juga mendapatkan izin dari Kementerian Kesehatan dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
Selain Indonesia, nyamuk Wolbachia juga telah diuji coba di beberapa negara lain, seperti Australia, Vietnam, Brasil, Kolombia, Sri Lanka, India, dan Kiribati.
Hasilnya menunjukkan bahwa nyamuk Wolbachia dapat mengurangi penularan DBD hingga 96% di beberapa lokasi.
Fakta Nyamuk Wolbachia #4
Nyamuk Wolbachia tidak berbahaya bagi manusia dan lingkungan
Beberapa orang mungkin khawatir bahwa nyamuk Wolbachia dapat membawa dampak negatif bagi kesehatan manusia dan lingkungan.
Namun, hal ini tidak perlu dikhawatirkan karena nyamuk Wolbachia tidak berbeda dengan nyamuk biasa, kecuali memiliki bakteri Wolbachia di dalamnya.
Bakteri Wolbachia tidak dapat menular ke manusia atau hewan lain, dan tidak menyebabkan penyakit apapun.
Nyamuk Wolbachia juga tidak mengubah perilaku atau siklus hidup nyamuk, dan tidak meningkatkan jumlah nyamuk di lingkungan.
Nyamuk Wolbachia juga tidak berdampak buruk bagi ekosistem dan keanekaragaman hayati.