FIN.CO.ID- Kementerian Kesehatan (Kemenkes) sedang mengupayakan penurunan Demam Berdarah (DBD) dengan menerapkan teknologi wolbachia.
Teknologi Wolbachia adalah pendekatan inovatif dalam pengendalian vektor penyakit menular, terutama penyakit DBD.
Pendekatan ini melibatkan pengintroduksian bakteri Wolbachia ke dalam populasi nyamuk dengan tujuan mengurangi penyebaran penyakit.
Nyamuk yang mengandung bakteri ini kemudian dinamakan Nyamuk Wolbachia.
BACA JUGA:
- Kemenkes Terapkan Teknologi Wolbachia yang Efektif Turunkan Kasus Wabah DBD di Indonesia
- Kemenkes Catat 38 Kasus Mpox di Indonesia, Jakarta Terbanyak Disusul Banten dan Jawa Barat
Kemenkes Terapkan Wolbachia untuk Turunkan Kasus DBD --kemenkes.go.id
Dengan kata lain, Nyamuk Wolbachia adalah jenis nyamuk yang menjadi tuan rumah bagi bakteri Wolbachia.
Bakteri ini hidup dalam simbiosis mutualistik dengan nyamuk, artinya keduanya saling menguntungkan. Wolbachia dapat memengaruhi berbagai aspek biologi nyamuk, termasuk reproduksi.
Kementerian Kesehatan telah melalukan uji coba penyebaran nyamuk Wolbachia inin di Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul pada 2022.
Hasilnya, di lokasi yang telah disebar Wolbachia terbukti mampu menekan kasus demam berdarah hingga 77 persen dan menurunkan proporsi dirawat di rumah sakit sebesar 86 persen.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta Emma Rahmi Aryani menegaskan adanya penurunan penyebaran Dengue yang signifikan setelah adanya penerapan Wolbachia.
BACA JUGA:
- Miris, Satu Keluarga di Bengkulu Meninggal Akibat DBD
- Sudah Ada 459 Kasus, Warga Tangerang Diimbau Waspada DBD!
Waspada, Kenali gejala dbd sejak dini, jangan sampai terlambat--unsplash.com
“Jumlah kasus di Kota Yogyakarta pada Januari-Mei 2023 dibanding pola maksimum dan minimum di tujuh tahun sebelumnya (2015-2022) berada di bawah garis minimum,” kata Emma pada keterangan resminya Senin 16 November 2023.
Kendati demikian, keberadaan inovasi teknologi Wolbachia tidak serta merta menghilangkan metode pencegahan dan pengendalian dengue yang telah ada di Indonesia.