(BACA JUGA:Mobil FWD Gak Kuat Nanjak, Mitos Atau Fakta?)
Hal ini yang menyebabkan harga komoditas energi dan pangan melonjak tinggi, yang menyebabkan inflasi melonjak signifikan di hampir semua negara, tidak terkecuali di negara maju, seperti AS.
Inflasi yang terjadi sekarang ini terbukti tidak bersifat sementara, cenderung makin persistent karena meningkatnya tensi geopolitik yaitu perang Rusia-Ukraina," ucap Anton.
Rusia adalah termasuk produsen minyak, gas, dan pangan yang kontribusinya sangat besar di dunia. Kondisi semakin mendorong harga komoditas yang sebelumnya sudah sangat tinggi, menjadi sangat mahal lagi.
Alhasil tren inflasi terus beranjak naik dan dikuatirkan perekonomian dunia mengalami stagflasi.
(BACA JUGA: Daftar 6 Mobil Harga Rp300 Jutaan yang Punya Fitur Panoramic Sunroof)
(BACA JUGA:Daftar 10 MPV Terlaris Dunia: Toyota Avanza Masuk List Nomor Berapa?)
Oleh karena itu di berbagai negara saat ini fokus bagaimana memerangi inflasi yang sangat tinggi ini.
Di berbagai negara sudah banyak menaikkan suku bunga acuannya. Contohnya Bank Sentral AS, ada perubahan pengetatan kebijakan moneter yang sangat dramatis.
"Suku bunga acuan AS yang awalnya diperkirakan hanya naik sekitar 75 bps pada tahun 2022, secara drastis berubah kenaikannya menjadi 175 bps," pungkas Anton.