Hal ini menjadi tantangan utama untuk proses transformasi digital UKM Indonesia, selain cybersecurity dan keterbatasan anggaran organisasi.
“Studi ini membuktikan bahwa ketidakstabilan dan krisis tenaga kerja bukan hanya ancaman eksistensial bagi UKM saja, tetapi berlaku juga untuk organisasi lainnya, ” kata Managing Director SAP Indonesia, Andreas Diantoro, dalam keterangannya, dikutip Jumat 15 April 2022.
“Transformasi digital merupakan cara paling dasar bagi UKM untuk dapat membangun ketahanan organisasi dan melakukan strategi inovatif yang dapat mendongkrak pertumbuhan bisnis mereka. Tanpa adanya tenaga kerja yang tepat untuk mendukung perkembangan mereka, maka proses transformasi pun turut terhalang. Investasi terhadap tenaga kerja juga harus sejalan dengan investasi inovasi, sehingga dapat membantu UKM di Indonesia dapat bertahan dan terus berkembang," sambungnya lagi.
Investasi terhadap Tenaga Kerja dan Pengadaan Pelatihan untuk Mengantisipasi Pengunduran Diri yang Masif
UKM di Indonesia beranggapan bahwa berinvestasi pada tenaga kerja dapat mengurangi dampak pengunduran diri yang masif dan untuk meningkatkan kemampuan organisasi mereka dalam melakukan transformasi digital.
(BACA JUGA: Siap-siap! Harga Pertalite dan Solar Kemungkinan Ikut Naik)
Responden mengatakan bahwa mereka sedang fokus terhadap peluang untuk mengembangkan skill (55 persen) demi meningkatkan talent retention selama 12 bulan ke depan.
Sementara untuk mempertahankan tenaga kerja, mereka melakukan insentif finansial sebagai strategi berikutnya (51 persen). UKM Indonesia juga turut berinvestasi dalam pola kerja yang fleksibel dan menawarkan peluang peningkatan karir (keduanya 50 persen).
Lebih dari 86 persen UKM mengatakan bahwa pengembangan skill diperlukan untuk mendukung transformasi digital. Sehingga 82 persen UKM Indonesia akan fokus pada pelatihan digital sepanjang tahun ini.
“Pengunduran diri yang masif sering disalah artikan sebagai karyawan yang meninggalkan pekerjaan mereka untuk mengejar tujuan lainnya. Padahal, sebenarnya bukan seperti itu,” kata Andreas.
(BACA JUGA: RI Teken Kerjasama Ekonomi Digital Dengan RRT)
“Tenaga kerja membutuhkan remunerasi yang tepat, fleksibilitas, dan perjalanan karir yang dikomunikasikan dengan jelas. Kami melihat bahwa memprioritaskan pengembangan skill, peluang pengembangan karir, memperluas akses terhadap teknologi dan pemilihan mitra yang tepat adalah solusi terdepan untuk mensejahterakan tenaga kerja UKM di Indonesia," sambungnya.
Optimisme meningkat saat UKM beralih fokus dari bertahan menjadi fokus kepada pertumbuhan perusahaan
Setelah menghadapi tantangan yang signifikan selama dua tahun terakhir, UKM di Indonesia tak lagi hanya fokus untuk bertahan saja.
Sekitar 62 persen UKM APJ mengatakan bahwa perusahaan mereka sepenuhnya dapat bertahan selama terdampak oleh pandemi. Hanya 6 persen yang percaya bahwa mereka tidak dapat bertahan sama sekali.