Dari Maletopol, ke utara sedikit sudah sampai kompleks pembangkit listrik tenaga nuklir terbesar di Ukraina - -juga di Eropa. Dan itu sudah dikuasai Rusia.
Maka serangan ke Yavoriv yang nun di Barat kelihatannya punya tujuan khusus: untuk memutus jalur bantuan dari barat. Itu dianggap penting mana kala Rusia akan bergerak menjatuhkan ibu kota Ukraina, Kiev. Dan itu sudah dimulai Minggu dini hari lalu. Media Barat melaporkan semakin sering terdengar ledakan di Kiev.
Kiev sudah seperti terkepung.
Misalkan, Kiev jatuh dalam seminggu ini, bagaimana nasib Presiden Volodymyr Zelenskyy.
Dilarikan ke negara Barat? Menyerah jadi tawanan? Melawan sampai titik darah penghabisan?
Ataukah di saat kritis itu Barat akhirnya turun tangan secara langsung? Dengan alasan yang
sudah tersedia —serangan ke kompleks pelatihan perdamaian dunia itu?
Anggota DPR di Amerika sudah mulai bersuara: sudah saatnya Amerika kirim pesawat tempur ke Ukraina –bukan hanya peralatan militer. Memang itu belum mencerminkan sikap
DPR –apalagi sikap pemerintah. Namun suara seperti itu merupakan perkembangan baru di sana. Apalagi sampai diliput media main stream yang jadi sumber penulisan ini.
Setidaknya Amerika masih terus meningkatkan tekanan secara ekonomi. Senjata ekonomi
sudah dianggap seperti senjata nuklir: akan melumpuhkan Rusia. Terakhir, pun sampai larangan impor minuman keras Vodka.
Sebaliknya masyarakat umum Amerika sudah mulai pula merasakan secara langsung dampak
perang di Ukraina: harga-harga naik. Sampai ke harga daging, tarif ke salon dan apa saja. Tidak lagi hanya ke harga bensin.
Perkembangan harga-harga di Amerika itu sangat memprihatinkan: meningkatkan inflasi yang sudah tinggi. Tapi juga bisa menghibur kita: you will never walk alone. (Dahlan Iskan)