Olen: Dahlan Iskan
PRESIDEN dilarang meninggalkan ibu kota Ukraina, Kiev. Tiga hari lalu. Perang bisa
meledak setiap saat. Tapi, Volodymyr Zelenskyy tetap pergi ke Muenchen, Jerman.
”Pasti di antara kita ada yang berbohong,” ujarnya di depan forum Dewan Keamanan Eropa.
Hari itu semua menteri pertahanan Eropa hadir. Demikian juga Kamala Harris, wakil presiden
Amerika Serikat. Mereka membahas krisis Ukraina. Yang terancam diserang Rusia setiap saat.
Zelenskyy lagi sangat kesal. Dan itu bukan hanya akting seperti saat ia lagi melawak sebelum jadi presiden. ”Kami ingin damai. Rusia ingin damai. USA ingin damai. Eropa ingin damai.
Tapi, ancaman perang begini nyata. Berarti, di antara kita ada yang berbohong,” katanya.
Maunya Zelenskyy: langsung saja Ukraina diterima sebagai anggota NATO. Dengan demikian, menjadi kewajiban seluruh anggota NATO
untuk melindungi Ukraina. Serangan terhadap salah satu anggota NATO memang berarti serangan kepada seluruh anggota NATO.
Tapi, pertemuan di Muenchen itu masih juga mbulet. Ancaman Rusia begitu nyata: ratusan ribu tentara Rusia dikerahkan ke perbatasan. Demikian juga tank dan senjata berat.
Begitu Ukraina diterima sebagai anggota NATO, pasti pecah perang besar. Itu dianggap pernyataan perang terhadap Rusia.
Awalnya 1991: seiring dengan runtuhnya Uni Soviet. Referendum diadakan di Ukrainna.
Hasilnya: lebih 80 persen mendukung pemisahan diri dari Uni Soviet. Termasuk dua wilayah