"Untuk banjir rob sendiri biasanya terjadi pada bulan 4, 5, dan 6," terang dia.Selama musim banjir rob, lanjut dia, akses masyarakat di pedukuhan ini nyaris terisolir. Sehingga warga pun kian kesulitan mendapatkan kebutuhan sehari-hari selama musim banjir rob.
"Kami saat ini kian resah karena kondisi breakwater rusak. Di sisi lain, tanggul penahan banjir rob sudah selesai, sehingga dikhawatirkan rob hanya akan berhenti di sini saja," katanya.
Dikatakan, banjir rob paling besar pernah terjadi pada tahun 2017. Saat itu, lanjut dia, ketinggian air mencapai 1,5 meter. "Kami berharap pemerintah bisa membangun breakwater yang rusak, sehingga air pasang laut bisa diantisipasi agar tidak masuk ke pemukiman warga," harap dia.
Anggota DPRD Kabupaten Pekalongan Sumar Rosul mengakui persoalan paling mengemuka di pedukuhan itu adalah tanggul breakwater yang sudah rusak konstruksinya. Warga, kata dia, meminta agar breakwater bisa ditangani pemda, agar air laut tidak masuk ke pemukiman.
"Saat musim rob, rumah di satu dukuh ini tergenang. Saat bangun tidur, perabotan sudah bergeser dari tempat semula karena banjir rob ini," katanya.(had)