”Ini sebenarnya diwujudkan dengan bentuk kegiatan pressing artinya penelusuran kasus dari kasus yang kita rawat di rumah sakit kita akan telusuri alamatnya di mana, kemudian 14 hari terakhir sebelum dia masuk ke rumah sakit itu apa saja aktivitasnya,” kata Jokowi.
Dari sinilah, pemrintah bisa mencari kemungkinan-kemungkinan adanya kontak baru dan kemudian kontak baru ini dilakukan pemeriksaan manakala diyakini bahwa kontak ini adalah kontak dekat dan disertai adanya gejala mata.
”Kita akan melakukan pemeriksaan swab dan manakala positif maka kita akan karantina. Kita akan isolasi namun manakala negatif maka kita tentunya akan memberikan beberapa saran beberapa nasehat untuk melakukan self karantina atau self isolated,” jelasanya.
Kedua, katab Yuri, pelaksanaan karantina diri secara mandiri dan kemudian dilakukan monitoring secara mandiri agar kita bisa tetap mengikuti perkembangannya. Sebagai suatu contoh pada kasus yang didapatkan di rumah sakit, ternyata di dalam trackingnya bisa diyakini bahwa dia tertular oleh kasus yang sebelumnya.
BACA JUGA: Ridwan Kamil Jalani Tes Potensi Keterpaparan Corona, Hasilnya…
”Misalnya adanya connecting bahwa dia adalah keturunan dari kasus sebelumnya dan kemudian kita lihat bahwa ternyata dia juga memberikan kontak dan memiliki peluang penularan pada kasus berikutnya lagi. Jadi kita akan mengalir seperti itu,” jelas Yuri.Oleh karena itu, pressing tidak lagi mengenal batas wilayah administrasi. Bisa saja pasien itu dirawatnya di wilayah administratif DKI Jakarta tetapi ia beralamat di luar DKI dan kemudian dia memiliki aktivitas kontak di luar provinsi DKI juga di luar Jawa.
”Misalnya seperti itu, maka hal ini sangat mungkin terjadi. Oleh karena itu ini menjadi penting dan harus kita lakukan mudah-mudahan ini bisa dipahami dan inilah menjadi upaya kita tidak melaksanakan pressing,” urai Yuri.
Sudah barang tentu, kata Jokowi, dengan adanya tracking yang semakin gencar dilaksanakan maka akan semakin banyak kasus positif yang temukan akan semakin meningkat. Tetapi sekarang tidak berarti bahwa semua kasus positif harus diisolasi di rumah sakit.
Ada beberapa kasus positif tanpa gejala yang akan dilakukan karantina. ”Kita lakukan isolasi di rumahnya secara mandiri. Pedoman tentang bagaimana melaksanakan isolasi diri, pedoman tentang bagaimana melaksanakan karantina diri sudah dibuat oleh Kemenkes dan diunggah di website www.kemenkes.co.id,"”terangnya.
BACA JUGA: Blunder! Antrian Panjang di Halte TransJakarta, Warga Marah-marah Anies Baswedan di Twitter
Pemerintah, sambung dia, terus meng-update data setiap hari terkait jumlah pasien yang rutin, kemudian juga nanti akan di-breakdown lagi asal provinsi pasien pada saat dilaporkan. Menurut Yuru bisa saja pasien dirawat di RSPI Sulianti Saroso tetapi domisilinya di luar DKI Jakarta. ”Selama 14 hari sebelum sakit dia tidak di sini. Seperti yang tadi kita lihat saudara kita tiga di rumahnya di depok berarti kita akan melakukan tracking di sana dalam 11 hari sebelumnya, ketemu siapa saja di sana. Inilah yang kemudian kita lakukan dengan pressing,” jelasnya.Ada juga pasien yang ditemukan di Jawa Tengah namun diyakini pasien tersebut melakukan kontak dengan orang yang positif corona sebelum dia sampai di Jawa Tengah. ”Kontaknya ternyata di Jakarta karena beberapa hari sebelumnya dia bepergian ke Jakarta dan kemudian kontak dengan kasus yang positif Jakarta maka tempatnya Jakarta tetapi aktivitas dia di Jawa Tengah,” terang Yuri.
Ditambahkannya lagi, contact tracing ini bukan pekerjaan yang mudah. Memerlukan partisipasi masyarakat secara penuh. Kasus menular basis pengendaliannya harus pada masyarakat. ”Kalau tidak menggunakan basis pengendalian masyarakat maka kita akan sulit untuk melakukan itu ini,” ujar Yuri.
Nah, terkait pejabat tinggi negara Menteri Perhubungan Budi Karys positif corona, Jokowi menyampaikan bagi orang merasa pernah kontak dengan Menhub perlu untuk melakukan pemeriksaan diantaranya adalah para jurnalis. ”Saya telah jelaskan, sekali lagi betul itu harus dilakukan (tes kesehatan) tetapi tidak kemudian dengan cara yang terburu-buru sehingga kemudian rame-rame datang ke rumah sakit, sampai rumah sakitnya sendiri bingung. Saya sarankan tidak perlu panik seperti itu pasti dilayani,” bebernya.
BACA JUGA: Serie A Kembali Ambyar
Lebih lanjut Yuri menerangkan, yang bisa kita lakukan sebelum melakukan pemeriksaan, masyarakan melakukan self isolated dengan menggunakan masker yang proper, menjaga jarak dengan orang setidaknya satu meter. ”Kenapa semeter? karena kita tahu kemungkinan brok less yang keluar itu sekitar semeter,” ujar Yuri.”Kita bisa menjaga keluarga kita sementara. Mungkin kalau tidur ya sendiri dulu, yang paling penting adalah tidak berbagi penggunaan alat makan minum. Pakai alat makan minum yang terpisah bukan berarti sekali pakai buang, silahkan pakai yang ada di rumah tetapi yakinkan selesai dipakai langsung dicuci dengan sabun,” jelas Yuri.
Kemudian, masyarakat harus melalukan self monitor terhadap keluhan, setelah itu baru dijadwalkan ke rumah sakit. ”Tidak perlu terburu-buru tidak perlu berdesak-desakan dengan orang lain seandainya menggunakan angkutan umum. Apabila menggunakan kendaraan sendiri juga tidak perlu terburu-buru untuk datang ke rumah sakit. Sesampai di rumah konsultasi dengan dokter, kemudian dokter nanti akan menentukan tindakan yang akan dilakukan,” terangnya.
Terkait perkembangan virus corona, kata ia ada penambahan 17 kasus di antaranya satu orang dari Banten, satu orang dari Jawa Barat, satu orang dari Jawa Tengah dan 14 orang dari DKI Jakarta. ”Jumlah pasien terindifikasi terjangkit virus corona yang masuk ke RSPI Sulianti Saroso, Senin (16/3) sebanyak 26 orang dengan rincian postitif virus corona terdapat 21 orang, suspec lima orang yang masih di observasi menunggu hasil proses pemeriksaan Laboratorium,” jelasnya. (fin/ful)