5 Alasan Warga +62 Lebih Dukung Rusia Ketimbang Ukraina, Salah Satunya Sentimen Agama

5 Alasan Warga +62 Lebih Dukung Rusia Ketimbang Ukraina, Salah Satunya Sentimen Agama

Alasan warga +62 lebih mendukung Rusia ketimbang Ukraina, salah satunya karena sosok Presiden Rusia Vladimir Putin dan juga sentimen agama-reuters-sindonews

JAKARTA, FIN.CO.ID - Konflik Rusia vs Ukraina hingga saat ini belum juga berakhir. Kedua pihak masih belum menyepakati perundingan perdamaian, meski sejumlah pertemuan telah dilaksanakan oleh kedua negara. 

Namun demikian, tak melulu soal perang kedua negara pecahan Uni Soviet saja yang menarik untuk dibahas. Ada hal lain yang juga menarik untuk diperhatikan, yakni sikap warga Indonesia alias warga +62 terhadap konflik Rusia vs Ukraina tersebut. 

Sikap warga +62 bisa dilihat dari postingan-postingan di sosial media, yang membahas mengenai konflik geopolitik tersebut. 

(BACA JUGA:Mariupol Telah Dikepung Tentara Rusia, Ukraina Ogah Menyerah )

Jika diperhatikan dengan seksama, ternyata sikap masyarakat Indonesia lebih cenderung mendukung Rusia dan Vladimir Putin, ketimbang Ukraina dan Volodymyr Zelensky. 

Dalam postingan di media sosial, foto pemimpin Rusia Vladimir Putin selalu mendapat komentar positif dari netizen Indonesia. 

Pemandangan berbeda terjadi dalam postingan foto maupun pemberitaan yang mengabarkan soal Volodymyr Zelensky. Komentar-komentar negatif lebih banyak disana ketimbang yang positif. 

(BACA JUGA:Komandan Paramiliter Suriah Siap Bantu Rusia: Tunggu Perintah Bertempur)

Mengapa bisa demikian?

Peneliti Studi Rusia dan Eropa Timur di Hubungan Internasional Universitas Airlangga, Radityo Dharmaputra mengatakan, setidaknya ada 5 sebab mengapa warga +62 lebih mendukung Rusia melakukan invasi ke Ukraina. 

1. Sentimen Anti-AS.

Sentimen terhadap Amerika Serikat (AS) menjadi salah satu faktor pendukung warganet menjadi pro Rusia dalam kasus invasi Rusia ke Ukraina belakangan ini.

"Kecenderungan masyarakat kita, setelah masa perang melawan terorisme, perang Irak, masyarakat lebih anti-Amerika dan anti-Barat,". ujar Radit, dikutip dari akun Instagram @seputar.netizen, sebagaimana dilihat Fin.co.id, Selasa 22 Maret 2022. 

Sentimen warga yang seakan melabeli anti-Amerika tumbuh karena agresi Amerika yang dilakukan di negara-negara Timur Tengah, saat masa 'perang melawan terorisme' sejak September 2001 lalu.

DAPATKAN UPDATE BERITA FIN LAINNYA DI Google News


Sigit Nugroho

Tentang Penulis

Sumber: instagram @seputar.netizen