Jadi Penyalur Bansos, Insan BRILian Ini Tak Gentar Arungi Laut

Jadi Penyalur Bansos, Insan BRILian Ini Tak Gentar Arungi Laut

Insan BRILian, Herman Husaleka, bersama para penerima bantuan sosial yang disalurkan BRI. -BRI-

JAKARTA, FIN.CO.ID - Bagi Herman Husaleka (28), menjadi pekerja PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI yang bertugas menyalurkan bantuan sosial memiliki kepuasan tersendiri. Ia merasa bangga dapat berkontribusi bagi masyarakat di daerah terpencil untuk merasakan bantuan dari pemerintah pusat yang disalurkan melalui bank milik negara.

Herman bergabung ke BRI sejak Juni 2017. Saat itu, ia baru saja selesai menempuh pendidikan S1 Jurusan Ilmu Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Muhammadiyah, Ternate, Maluku Utara.

Herman mengenang, saat itu ia yang belum mempunyai pekerjaan tetap ditawari oleh seorang kawan yang sudah menjadi Insan BRILian (pekerja BRI) untuk ikut seleksi sebagai petugas penyalur bantuan pemerintah. 

(BACA JUGA:Sempat Disetubuhi dan Disimpan 3 Hari di Kontrakan, Misteri Mayat Wanita dalam Kardus Terbongkar)

“Dan Alhamdulillah lolos, sampai sekarang,” ujarnya seperti dikutip dari keterangan tertulis, Sabtu, 12 Februari 2022.

Sejak itu, Herman pun dipercaya untuk menjalankan tugas sebagai penyalur bantuan di BRI Kantor Cabang Pembantu Sula. Wilayah kerja Herman sangat luas karena berupa kepulauan, sehingga tak sedikit pula kendala yang dihadapinya dalam menyalurkan bantuan, salah satunya adalah cuaca buruk.  

Jika cuaca sedang tidak mendukung, Herman kesulitan menggunakan transportasi laut, akhirnya penyaluran bantuan harus tertunda. Bahkan, kadang kala ia terpaksa untuk tidak pulang karena harus menginap sambil menunggu cuaca kembali membaik.

(BACA JUGA:JHT Baru Bisa Cair di Usia 56 Tahun, PKS: Mencederai Kemanusiaan, Mengabaikan Kondisi Pekerja!)

“Kalau di laut, tergantung cuaca. Kalau cuaca buruk, saya terpaksa menunggu sampai cuaca bagus. Sampai kadang saya harus menginap,” tuturnya.

Untuk menyalurkan bantuan, ada dua transportasi yang biasa digunakan oleh Herman. Sepeda motor untuk menempuh jalur darat, dan perahu kecil bermesin untuk mobilitas antarpulau.

Selain itu, kendala lainnya adalah jaringan, misalnya Agen BRILink di pulau paling ujung yang harus beberapa kali naik perahu untuk datang ke Sula. 

(BACA JUGA:Penyelidikan Longsor Pipa di Tangerang Berlanjut, PDAM Tirta Masih Bungkam)

“Kartu mengalami disable, PIN terblokir. Kalau sudah begitu, mesti naik perahu dari kampung ke kecamatan. Dari kecamatan, nunggu kapal ke mari. Tiket perahu pulang pergi bisa Rp500.000 untuk perbaikan kartu,” ujarnya.

Kendati memiliki banyak tantangan, Herman mengaku sangat menikmati profesinya. 

DAPATKAN UPDATE BERITA FIN LAINNYA DI Google News


Rizky Agus

Tentang Penulis

Sumber: