Asal Usul Sebutan 'Tempat Jin Buang Anak', Dipopulerkan Almarhum Benyamin Sueb

Asal Usul Sebutan 'Tempat Jin Buang Anak', Dipopulerkan Almarhum Benyamin Sueb

Video permintaan maaf Edy Mulyadi soal Kalimantan 'tempat jin buang anak. Edy Mulyadi didampingi oleg dua orang warga Kalimantan--Tangkapan layar video

JAKARTA, FIN.CO.ID - Ungkapan "tempat jin buang anak" menjadi populer kembali usai Mantan Caleg PKS, Edy Mulyadi viral dengan video kontroversinya yang menyebut Calon Ibu Kota Baru di wilayah Penajam Paser Utara disebutnya dengan istilah tersebut. 

Kalimat itu dimaknai oleh banyak orang, terutama orang Kalimantan sebagai sebuah penghinaan, meski pada saat-saat terakhir, Edy mengklarifikasi bahwa istilah "Tempat Jin Buang Anak" ia gunakan untuk menggambarkan lokasi yang sangat jauh.

Lantas, bagaimana asal usul istilah "Tempat jin buang anak" itu?

(BACA JUGA:Bareskrim Tingkatkan Kasus Kalimatan 'Tempat Jin Buang Anak' Edy Mulyadi ke Tahap Penyidikan)

(BACA JUGA:Ucapan 'Tempat Jin Buang Anak' Hinaan Atau Bukan? Ini Kata Pakar Bahasa)

Penggunaan istilah tersebut sudah populer di Indonesia, tepatnya pada era 60 hingga 70-an. Istilah tersebut bahkan muncul di sejumlah film dengan celotehan khas Betawi yang dibintangi Haji Benyamin Sueb.

Sejarawan Rd. Muhammad Ikhsan dalam bukunya berjudul 'Palembang dari Waktu ke Waktu'  (2018) mengungkapkan, istilah "jin buang anak" juga disematkan pada tempat-tempat di daerah Palembang. Khususnya mengacu pada tempat-tempat sepi pada saat itu.

Pada tahun 1980-an, kawasan Perumnas Sako, Palembang, pernah disebut sebagai tempat jin buang anak. Tempat tersebut pada awal pembukaannya tidak direspons oleh orang Palembang.

(BACA JUGA:Ssst! Edy Mulyadi Bakal Dikirimin Jin, COD Lagi )

(BACA JUGA:Pernyataan Edy Soal Kalimantan Tempat Jin Buang Anak, Politikus PDIP Bilang Caleg Gagal PKS )

Tempat itu dianggap "Tempat jin buang anak" karena belum ada transportasi umum dan baru ada di jam-jam tertentu saja. Tidak hanya itu, kawasan Perumnas Pulo juga awalnya belum ada ledeng air, jadi warga di sana banyak yang memakai air sumur.

Kawasan KM 12 di daerah Palembang juga pernah mendapatkan julukan yang sama. Hal itu karena daerah ini merupakan hasil pemekaran kawasan Palembang yang dulunya berada di KM 5. 

Saat itu, KM 5 lokasinya sudah cukup jauh dan ditambah KM 12 yang jaraknya semakin jauh dari pusat kota Palembang.

(BACA JUGA:Ketua Dewan Adat Dayak Kalteng Tanggapi Polemik Edy Mulyadi Soal Jin Buang Anak: Kami Tentu Saja Sangat... )

DAPATKAN UPDATE BERITA FIN LAINNYA DI Google News


Sigit Nugr

Tentang Penulis

Sumber: