Ibas Banggakan SBY, Golkar Nilai Kurang Wawasan

Ibas Banggakan SBY, Golkar Nilai Kurang Wawasan

JAKARTA - Ketua Fraksi Partai Demokrat DPR RI, Edhie Baskoro Yudhoyono alias Ibas menyoroti kondisi ekonomi Indonesia saat ini. Ibas lantas membandingkan dengan era kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Kata dia, di era SBY ekonomi meroket, APBN meningkat. "Ketika zaman mentor kita Pak SBY selama 10 tahun, ekonomi Indonesia meroket, APBN kita meningkat, utang dan defisit terjaga. Pendapatan rakyat naik dan lain-lain. Termasuk tentang persentase tingkat kemiskinan dan pengangguran," ujar Ibas di Jakarta, Jumat (7/8). Dia menyebut Demokrat hadir sebagai partai yang bisa mencegah negara ini masuk jurang. "Sesungguhnya Demokrat justru hadir memberikan koreksi dan kritik serta solusi supaya negara tidak jatuh ke jurang. Kita ingin agar Demokrat menjadi partai yang cerdas dan tepat dalam berpikir," paparnya. Menanggapi itu, Ketua DPP Partai Golkar, Ace Hasan Syadzily menilai Waketum DPP Partai Demokrat itu, seperti kurang wawasan. "Pernyataannya Mas Ibas sangat tidak tepat membandingkan perkembangan ekonomi di saat pandemi COVID-19 dengan kondisi normal di era Presiden SBY. Seharusnya disertai dengan melihat dan membandingkan data-data perekonomian saat ini dan negara-negara lain," kata Ace Hasan. Dia menyebut kondisi ini tidak hanya dialami Indonesia. Tetapi negara-negara lain yang menerapkan pembatasan sosial mengakibatkan turunnya output ekonomi. Ace menyebut World Bank memproyeksikan pertumbuhan ekonomi global tahun ini negatif/terkontraksi. "Ini menjadi krisis ekonomi terparah sejak The Great Financial Crisis pada 1930-an. Presiden Jokowi sendiri telah berusaha untuk terus mengambil kebijakan sangat serius. Presiden sejak awal menyeimbangkan antara rem dan gas dalam menjaga stabilitas ekonomi, menyeimbangkan antara penanganan kesehatan dan upaya pemulihan ekonomi," terang Ace. Salah satu strateginya adalah terus mendorong belanja pemerintah. Ini dilakukan mengingat dalam kondisi krisis, pertumbuhan ekonomi perlu ditopang belanja pemerintah. "Coba lihat data-data dari negara lain tentang pertumbuhan ekonomi pada kuartal kedua. Singapura mengalami -12,6 persen, Jerman -10,1 persen, Amerika Serikat - 32,9 persen. Negara-negara lainnya telah mengalami resesi," paparnya. Sementara itu, Waketum DPP Partai Demokrat Marwan Cik Hasan mengatakan ekonomi saat SBY menjadi presiden memang tumbuh. Bahkan, masyarakat merasakan dampak kebijakan-kebijakan SBY. "Faktanya ekonomi di era SBY tumbuh terus mendekati rata-rata 6 persen per tahun. Dalam 10 tahun pemerintahan SBY, pendapatan per kapita rakyat naik hampir 4 kali lipat. Kemiskinan dan pengangguran turun signifikan. Rakyat merasakan berbagai program pro-rakyat. Seperti BOS, BPJS, KUR, dan lain-lain. Bahkan, saat krisis keuangan global 2008, kita dengan mantap bisa kembali reborn," jelas Marwan. Sekretaris Fraksi PD DPR RI itu menyatakan pembangunan infrastruktur pemerintahan SBY dilakukan mengedepankan skala prioritas. "Kalau bicara infrastruktur, sangat banyak pembangunannya. Mulai dari Jalan Kelok 9 di Sumatera, Tol Bali Mandara di Bali, bandara di Mataram. Termasuk menyelesaikan Jembatan Suramadu. Itu semua dikelola dengan penuh keseimbangan. Sehingga APBN tidak terbebani oleh infrastruktur," ucap Marwan.(rh/dal/fin)

DAPATKAN UPDATE BERITA FIN LAINNYA DI Google News


admin

Tentang Penulis

Sumber: