Harga Bahan Pangan Terus Berulang Naik Saat Nataru

Harga Bahan Pangan Terus Berulang Naik Saat Nataru

JAKARTA - Pelaku usaha yang tergabung dalam Ikatan Pedagangan Pasar Indonesia (Ikappi) mengeluhkan kenaikan harga sejumlah bahan pangan yang terus berulang setiap tahunnya pada momentum Natal dan Tahun Baru (Nataru). Misalnya, produk cabai dan bawang terus melonjak. Ketua Umum Ikappi Abdullah Mansuri menilai, kenaikan harga pangan di periode Nataru sulit diprediksi. Namun, setiap tahun pasti terjadi kenaikan pada momentum tersebut. "Jadi kayak cabai, bawang, ayam, telur, daging sapi, itu memang agak sulit saya prediksi. Dari tahun ke tahun harga enggak pernah kunjung selesai," kata Abdullah, kemarin (25/12).

BACA JUGA: Muannas Ingatkan Tengkuzul: Jangan Bikin Gaduh, yang Dilaporkan Bukan Mimpi Bertemu Rasulnya

Kenaikan sejumlah bahan pangan terjadi, menurut dia, lantaran pemerintah tidak melakukan pemetaan produksi. Sehingga, terjadi harga bahan pangan yang melambung setiap tahunnya. "Contoh, penghasil cabai rawit atau cabai merah keriting katakanlah penghasilannya di Bondowoso, Situbondo, Lumajang, Probolinggo, dan seterusnya. Harusnya sudah bisa dipetakan, oh bulan ini kita akan fokus pada pemetaan cabai di wilayah itu," paparnya. "Kalau bulan-bulan tertentu karena musim penghujan tinggi, maka kita subsidi petani cabai untuk mereka menanam cabai," tambah ia menjelaskan.

BACA JUGA: Menteri Sandi Unggah Foto Rapat Perdana, Umar Hasibuan: Sangat Bahagia, Gak Ingat Pendukungnya Dulu

Dengan adanya pemetaan, ia meyakini, pemerintah akan lebih mudah mendistribusikan hasil produksi pangan, sehingga harganya akan terjaga. "Ini harus dikontrol, jadi enggak mandiri petani mau nanam (apa) terserah, enggak nanam terserah. Giliran panen raya cabai dibuang-buang. Giliran enggak ada harga jadi tinggi," tukas Abdullah. Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementan, Agung Hendriadi sebelumnya telah memprediksi terdapat kenaikan harga pangan pokok pada akhir tahun ini sebesar 10-15 persen. Penyebab utama kenaikan karena peningkatan permintaan pada perayaan Natal dan Tahun Baru. "Perkiraan kawan-kawan kita untuk bahan pokok di akhir tahun ada peningkatan 10-15 persen. Itu harus diantisipasi," kata Agung.

BACA JUGA: Penyaluran Banpres Produktif Usaha Mikro di Bolaang Mongondow Timur Melibatkan Pemda

Kata dia, Kendati mengalami kenaikan harga, ketersediaan pasokan pangan dari sisi stok dinilai cukup. Secara rinci, Agung menyampaikan pasokan beras hingga akhir tahun ini diproyeksi surplus 6,6 juta ton. Selanjutnya, jagung surplus 1,5 juta ton, bawang merah surplus 82 ribu ton, serta bawang putih tersisa 180 ribu ton. Komoditas lainnya, yakni cabai merah surplus 3.000 ton, cabai rawit surplus 10 ribu ton, daging sapi/kerbau surplus 32 ribu ton, daging ayam dan telur ayam ras juga masing-masing surplus 276 ribu ton dan 97 ribu ton. Adapun komoditas gula juga surplus 1,4 juta ton dan minyak goreng surplus 7 juta ton. Meski surplus, Agung mengatakan, kelancaran distribusi pasokan pangan harus dikawal ketat. Sebelumnya, Ikappi melaporkan, per Rabu (23/12), komoditas cabai seperti Cabai merah besar TW naik dari Rp70 ribu menjadi Rp70.900-71 ribu. Kemudian cabai rawit merah dari Rp61 ribu ke Rp61.500, dan cabai merah keriting dari Rp66 ribu ke Rp67 ribu. Sementara komoditas bawang merah secara harga mengalami peningkatan dari Rp33 ribu menjadi Rp33.500, dan bawang putih dari Rp29.500 ke Rp30 ribu. (din/fin)

DAPATKAN UPDATE BERITA FIN LAINNYA DI Google News


admin

Tentang Penulis

Sumber: