Busui Wajib Baca, Bayi Menangis Bukan Berarti Kurang ASI

Busui Wajib Baca, Bayi Menangis Bukan Berarti Kurang ASI

Ilustrasi bayi -Pexels/Antoni Shkraba-

Saat berbicara mengenai menyusui, maka bahasan produksi ASI menjadi salah satu yang tak bisa dilepaskan. Naomi seperti halnya pakar kesehatan anak lainnya menginngatkan produksi ASI ibu belum banyak pada hari-hari pertama kelahiran bayi.

Ini karena pengeluaran ASI atau laktogenesis kedua baru dimulai 30-40 jam sejak bayi lahir, sehingga produksi ASI cenderung mulai banyak pada hari ketiga kelahiran bayi.

Jumlah ASI yang dikeluarkan pun disesuaikan dengan kebutuhan bayi, sehingga Naomi meminta para ibu tak perlu khawatir.

Lalu, kendati produksi ASI pada hari pertama dan kedua belum banyak, atau bahkan sebatas 0,3 ml ibu disarankan tetap melakukan stimulasi dengan tetap menyusui bayi, guna meningkatkan hormon prolaktin--guna meningkatkan produksi ASI.

"Seringkali yang keliru, ibu bilang enggak ada ASI. Justru dengan dia sucking, meskipun dapat 0,3 atau 1 cc, itu sangat berguna," ujar Naomi.

Hal senada diungkapkan Ketua Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia dr Piprim Basarah yanuarso, SpA(K), yang bahkan berpendapat bayi yang lapar dibutuhkan terutama di dua hari pertama sejak kelahirannya.

"Bayi yang lapar itu dikatakan akan menyedot ASI secara kuat dan kalau menyedotnya kuat refleks produksi ASI-nya akan cukup. Tetapi kalau bayinya dikasih susu formula, sudah kenyang, tidak menyedot, ya produksi ASI-nya sedikit," tutur dia.

Piprim meyakinkan para ibu bahwa bayi saat berusia tiga hari pertama memiliki cadangan lemak cokelat yang diubah jadi keton sebagai bahan bakar otaknya, selain itu lambungnya juga masih berukuran kecil. Oleh karena itu, apabila jumlah ASI ibu pada hari-hari awal menyusui semisal hanya 20 ml, itu sudah cukup untuk lambung bayi.

Kemudian, guna ibu sukses menyusui, Piprim termasuk yang berpendapat dukungan keluarga terutama di hari-hari pertama sejak dia melahirkan menjadi faktor yang menentukan.

Di sisi lain, ibu juga perlu membekali diri dengan pengetahuan seputar menyusui misalnya dengan menghadiri konseling laktasi. Merujuk Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) konseling harus diberikan baik pada periode antenatal atau kehamilan dan postnatal hingga 24 bulan atau lebih.

Konseling laktasi diberikan sebagai perawatan berkelanjutan oleh tenaga kesehatan terlatih atau konselor laktasi terlatih, yang di antaranya menerangkan kondisi menyusui, tantangan dan meningkatkan kemampuan serta kepercayaan diri ibu.

Merujuk studi yang dilakukan peneliti dari Universitas Indonesia, diketahui edukasi tentang menyusui dari petugas kesehatan, ibu mengikuti kelas hamil dan rutin melakukan perawatan antenatal menjadi faktor pendukung keberhasilan pemberian ASI eksklusif selama enam bulan,selain faktor lainnya.

Ini didapatkan setelah peneliti mewawancarai 30 orang di Kota Padang, meliputi staf dinas kesehatan, bidan di puskesmas, ahli gizi puskesmas, ibu yang berhasil menyusui eksklusif hingga 6 bulan, ibu yang gagal memberikan ASI eksklusif minimal 6 bulan, suami dari ibu menyusui dan anggota keluarga yang mendampingi ibu menyusui. Hasil studi ini masih dalam proses publikasi di jurnal ilmiah kesehatan.

 

DAPATKAN UPDATE BERITA FIN LAINNYA DI Google News


Khanif Lutfi

Tentang Penulis

Sumber: