Biadab! Bayi Prematur 1.5 Kg Ini Dibuat Konten Bidan Klinik Tasikmalaya Sebelum Meninggal Dunia, Diduga Terjadi Malpraktek

Bayi Prematur 1.5 Kg Ini Dibuat Konten Bidan Klinik Tasikmalaya Sebelum Meninggal Dunia-fin - @nadiaanastasyasilvera-Instagram
FIN.CO.ID - Meninggalnya bayi prematur dengan berat 1.5 Kg viral di media sosial. Diduga terjadi malpraktek yang dilakukan klinik Alifa di Tasikmalaya, Jawa Barat. Bayi tersebut juga sempat dibuat konten oleh bidan klinik tanpa izin orangtuanya.
Dugaan malpraktek ini diposting oleh akun Instagram @nadiaanastasyasilvera. Dalam captionnya, Nadia Anastasya Silvera menyebut dirinya adalah kakak kandung dari ayah bayi prematur yang meninggal tersebut.
"Saya kakak dari ayah kandung korban yang di duga malpraktek dan kelalaian medis hingga menyebabkan bayi meninggal. Berikut kronologis nya saya uraikan dari A-Z agar berita yang beredar tidak simpang siur," tulis Nadia melalui akun instagramnya seperti dikutip fin.co.id pada Selasa, 21 November 2023.
Nadia pun menceritakan kronologi kejadian tersebut dalam sebuah surat yang ditandatangani oleh ayah si bayi, Erlangga Surya Pamungkas.
"BIADAB ! Bayi 1,5KG bukannya diinkubator, dioksigen dan dirawat secara intensif malah difoto-foto, divideo tanpa ada pemberitahuan dan izin dari pihak keluarga," tulis Nadia lagi.
Bayi Prematur 1.5 Kg Ini Dibuat Konten Bidan Klinik Tasikmalaya Sebelum Meninggal Dunia-fin - @nadiaanastasyasilvera-Instagram
BACA JUGA:
- Persiapkan Kehamilan Agar Bayi Terhindar dari Kelahiran Prematur
- Penuh Haru, Akhirnya Bayi Tertukar di Bogor Kembali ke Pelukan Orang Tua Kandungnya
Surat tersebut ditujukan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya Uus Supangat. Dalam surat tersebut, Erlangga warga Kecamatan Bungursari Kota Tasikmalaya mengadukan pelayanan Klinik Alifa yang beralamat di Bantarsari Kecamatan Bungursari Tasikmalaya.
Disebutkan, pada Senin tanggal 13 November 2023 sekira pukul 16.00 WIB, istri Erlangga yang bernama Nisa Armila datang ke Klinik Alifa.
Nisa Armila datang karena sudah tidak kuat akan segera melahirkan anak pertamanya. Usia kehamilan Anisa tepat 36 minggu atau 9 bulan.
"Istri saya sudah sering kontrol (check up) ke klinik tersebut di tangani oleh Bidan Dwi. Dan bidan pun menyatakan kondisi kehamilan istri saya dalam keadaan normal dan baik-baik saja," kata Erlangga dalam surat itu.
Anisa diantar oleh kakaknya ke Klinik Alifa. Sementara Erlangga sedang berada di tempat kerja. Oleh bidan yang jaga klinik, Anisa disuruh pulang.
BACA JUGA:
- Viral, Pria di Panti Asuhan Live Streaming di Tiktok Sambil Beri Makan Bayi Umur 2 Bulan, Mensos Respon Begini
- Kasus Bayi Tertukar di Bogor, Tak Ada Kesepakatan Orang Tua Bayi Polisikan RS Sentosa Bogor
Alasannya, masih pembukaan 2. Kemudian Anisa saya pulang lagi ke rumah. Malamnya, pukul 20.00 WIB, Erlangga membawa istrinya ke klinik Alifa.
Kondisi Anisa, lanjut Erlangga, sudah tidak bisa lagi menahan sakit di perutnya. Sesampainya di klinik tersebut, sang istri tidak dilayani dengan baik oleh bidan jaga.
"Bidan tersebut malah terus main handphone. Tidak memperdulikan istri saya yang sudah sangat kesakitan. Dan bidan itu bilang akan diperiksa pukul 24.00 WIB," lanjut Erlangga.
Sekira pukul 21.30 WIB, Anisa diantar oleh Erlangga buang air kecil., Saat itu, sang istri banyak mengeluarkan darah dan air ketuban.
"Saya bilang ke bidan dan tanggapan bidan katanya itu sudah biasa dan belum waktunya melahirkan. Karena masih pembukaan 2," imbuhnya.
Surat dari Keluarga Erlangga Surya Pamungkas kepada Kepala Diasn Kesehatan Kota Tasikmalaya-fin - @nadiaanastasyasilvera-Instagram
BACA JUGA:
- Endingnya Bikin Mewek, Kisah Bayi Tertukar di Bogor Akhirnya Terungkap dengan Tes DNA
- 14.704 Bayi di Kota Tangerang Jadi Target Imunisasi Rotavirus, Apa Itu?
Kemudian, Anisa dibawa ke ruang bersalin dan dicek pada pukul 24.00 WIB. Namun, sikap bidan tersebut tetap cuek kepada Anisa. Bahkan, kata Erlangga, bidan di klinik tersebut tidak memberikan edukasi dan pelayanan yang baik kepada ibu hamil.
"Bidan masih sibuk dengan handphonenya. Istri saya terus menerus menangis kesakitan. Setelah itu baru dilihat keadaannya," tutur Erlangga.
Tepat pukul 22.00 WIB, Anisa melahirkan. Saat proses melahirkan tersebut, si bidan tidak berhenti main handphone.
"Parahnya bidan jaga tersebut malah menjadikan istri saya bahan praktek kepada mahasiswa yang sedang praktek di kilinik tersebut. Bidan ngan mata kuliah kebidanan kepada mahasiswi praktek," jelasnya.
Berat bayi pada saat lahir menurut bidan jaga di Klinik Alifa 1,7 Kg. Tapi bidan tidak memberitahu berapa tinggi bayi. Pihak keluarga juga menanyakan jenis kelamin bayi, serta berapa jumlah jahitan Anisa.
BACA JUGA:
- Kronologi Bayi Tertukar di Bogor Sejak 2022 Hingga Akhirnya Orang Tua Laporkan RS Sentosa ke Polisi
- Profil Pratiwi Noviyanthi, YouTuber dan Pengasuh Bayi dari ODGJ, Kini Anak Asuhnya Diambil Paksa Dinsos
Namun, si bidan tidak memberitahunya. Selain itu, keluarga juga tidak diperbolehkan masuk ke ruang bersalin.
"Yang membuat saya sakit hati ada salah satu bidan malah menyuruh istri saya ke kamar mandi untuk bersih-bersih sendirian. Yang benar saja masa ibu yang baru selesai melahirkan disuruh bersih- bersih sendirian ke kamar mandi. Disuruh buang air kecil sendirian. Istri saya masih sangat lemas. Pusing, napasnya juga sesak. Mau bangun pun bingung karena takut kenapa-kenapa," urainya.
Kakak Erlangga yaitu Nadia meminta bantuan bidan untuk memapah. Tetapi bidan tidak mempedulikannya. Akhirnya, Nadia yang memapah Anisa ke kamar mandi dan membersihkan darahnya.
"Masih banyak sisa darah di badan istri saya. Di punggung, di perut di kaki semuanya. Sama sekali tidak dibersihkan. Hanya ditutupi kain samping. Malah kakak saya yang membersihkan darah pasca melahirkan. Mengganti baju karena banyak darahnya. Setelah dibersihkan kakak saya kembali menidurkan istri saya ke ruang bersalin," bebernya.
Menurut Erlangga, bayi dengan berat kurang dari 2 Kg itu harus di inkubator dengan alat inkubator yang sesuai standar medis. Namun, yang diberikan hanya alat inkubator sederhana.
Bayi yang baru lahir tersebut diinkubator dalam posisi memakai baju 2 lapis. Kemudian dipakaikan sarung tangan dan pernel bayi. Saat Nadia menanyakan kondisi bayi, bidan menjawab bahwa kondisi bayi tidak normal.
Surat dari Keluarga Erlangga Surya Pamungkas kepada Kepala Diasn Kesehatan Kota Tasikmalaya-fin - @nadiaanastasyasilvera-Instagram
BACA JUGA:
- Cara Menidurkan Bayi dengan Lebih Mudah, Panduan Praktis untuk Para Ibu Muda
- Kepala BKKBN: Perempuan Anemia Berisiko Tinggi Lahirkan Bayi Stunting
Kata si bidan, berat badannya kecil dan napasnya tidak dalam kondisi baik. Bidan jaga juga mengatakan akan berkoordinasi dengan pihak rumah sakit. Apakah harus diinkubator atau tidak.
Anisa bertanya lagi kapan bayi bisa diberi ASI. Namun, Bidan jaga memberikan jawaban belum bisa. Karena masih belum bagus kondisi napasnya.
"Menurut bidan akan diobservasi setiap satu jam sekali. Nanti kalau udah bisa dikasih ASI akan diberitahukan kepada kakak saya. Semua bidan tidur. Empat jam berlalu, sekira pukul 03.15 WIB dini hari saya gedor pintu ruangan bidan. Saya tanyakan ke bidan bagaimana hasil observasi. Karena selama 4 jam anak saya tidak di kasih ASI dan tidak dicek setiap satu jam sekali sesuai pembicaraan awal dengan kakak saya," terangnya.
Jawaban si bidan belum ada respons dari pihak rumah sakit. Tetapi tidak lama kemudian si bidan langsung memberitahu bahwa batyi sudah bisa diberi ASI.
Selanjutnya, bidan membawa bayi tersebut ke ruang ibu untuk di susui. Tetapi yang saya sayangkan bidan tidak memastikan ASI-nya ada atau tidak. ASI-nya bisa masuk atau tidak ke anak saya. Si bidan malah melanjutkan tidurnya dan tidak memperdulikan keadaan anak dan istri saya. Akhirnya, kakak saya yang membantu istri saya menyusui," tukasnya.
Sekitar pukul 07.00 WIB bayi tersebut dimandikan oleh bidan dengan waktu yang sangat lama. Keluarga tidak tahu dimana bayi tersebut di mandikan.
Kemudian, pukul 08.30 WIB anak saya selesai dimandikan. Setelah itu, si bidan jaga memberitahu anak dan istri saya boleh pulang.
BACA JUGA:
- Bayi Tabung Itu Anak Siapa? Ini Penjelasannya Biar Anda Tidak Gagal Paham
- Seorang Ibu Melahirkan Bayi Perempuan di Kereta Commuter Line Dhoho Jurusan Surabaya-Blitar
Ibu Erlangga, Tati Nurhayati berulangkali menanyakan dan memastikan kepada bidan apa benar bayi disuruh pulang. Apakah tidak harus dibawa ke rumah sakit untuk diincubator. Sebab, berat badannya sangat jauh di bawah normal.
"Bidan menyebutkan anak saya sehat, normal dan tidak perlu dibawa ke rumah sakit. Juga tidak perlu dihangatkan di rumah. Setelah itu saya membereskan administrasi pembayaran. Istri saya menggunakan KIS (Kartu Indonesia Sehat), saya kira tidak perlu membayar. Tetapi saya membayar Rp 1.000.000 tanpa diberi kwitansi. Juga tanpa memberitahu saya bayar sejumlah itu untuk apa," tuturnya lagi.
Selain itu, saat pulang si bayi tidak diberi surat kepulangan, berkas-berkas kepulangan, dan surat keterangan sehat bayi. Bidan hanya menerangkan 3 hari ke depan harus kontrol.
"Tapi sama sekali tidak diberikan surat atau berkas apapun. Sekitar pukul 09.00 WIB. saya membawa anak dan istri saya pulang. Di rumah anak saya tidak masuk ASI sama sekali. ASI istri tidak keluar," katanya.
Bidan pun menyarankan membeli susu penambah berat badan. Ibu Erlangga membeli susu penambah berat badan sesuai dengan merk yang direkomendasikan bidan jaga yang menyuruhnya pulang.
Selama beberapa jam di rumah, bayi tersebut tidak bisa minum susu. Pukul 18.00 WIB sang sempat BAB. Kemudian, ditidurkan. Sekira pukul 21.00 WIB, Anisa memanggil-manggil Erlangga sembari menangis.
Anisa bilang detak jantungnya si bayi berhenti dan tidak bergerak. Selanjutnya, Anisa menelepon bidan di Klinik Alifa. Namun, tidak ada jawaban. Beberapa saat kemudian, telepon tidak aktif.
Erlangga pun langsung membawa si bayi ke Klinik Alifa. Namun, sampai disana, Klinik malah tutup dan digembok. Setelah cukup lama berdiri sambil menggedor-gedor gerbang, muncul seorang bidan yang membukakan pintu.
"Saya meminta bidan jaga untuk memeriksa anak saya. Ada satu orang laki-laki entah itu dokter atau siapa yang memeriksa anak saya. Kemudian dia mengatakan bahwa anak saya sudah meninggal," jelas Erlangga.
Keluarganya menangis sedih. Namun, tidak ada penjelasan apapun dari pihak klinik Alifa. Erlangga sedih karena anaknya lahir tidak beritakn surat apapun dari klinik tersebut.
Surat dari Keluarga Erlangga Surya Pamungkas kepada Kepala Diasn Kesehatan Kota Tasikmalaya-fin - @nadiaanastasyasilvera-Instagram
BACA JUGA:
- Rekomendasi Nama Bayi Laki Laki Beserta Artinya
- Penyebab Bayi Belekan, Kenali untuk Mencegahnya Kembali Terjadi
Karena saat itu belum yakin, Erlangga membawa anaknya ke rumah sakit Jasa Kartini Tasikmalaya. Sesampainya di rumah sakit si bayi dibawa ke IGD dan ditangani oleh perawat dan dokter jaga.
Perawat di rumah sakit Jasa Kartini memompa jantung si bayi dan mengecek saturasi oksigennya. Bahkan sempat memberikan oksigen. Sebelumnya pihak rumah sakit menimbang berat badan bayi 1,5 kg.
"Perawat dan dokter di rumah sakit kaget kenapa ini anak dengan BB hanya 1,5 Kg kok bisa pulang. Kenapa tidak diincubator. Menurut perawat di rumah sakit, incubator untuk bayi dengan BB 1,5 Kg minimal selama 7 atau 10 hari," ucapnya.
Saat tahu si bayi lahir di klinik Alifa, perawat dan dokter di rumah sakit itu geleng-geleng kepala. Akhirnya, oleh rumah sakit Jasa Kartini diberikan surat kematian.
"Kami pulang dengan hati yang sangat sakit. Dengan rasa penyesalan terbesar kenapa harus melahirkan di Klinik Alifa. Kami pulang membawa bayi kami yang suci tidak berdosa yang telah disepelekan oleh Klinik Alifa ALIFA menggunakan ambulance," jelasnya.
Keesokan harinya, Rabu, 15 November 2023 pukul 07.00 WIB Nadia Klinik Alifa meminta klarifikasi terkait meninggalnya si bayi.
Anisa meminta keterangan dari bidan- bidan yang saat itu jaga di Klinik. Namun, bidan-bidan jaga dan mahasiswa praktek menyembunyikan keberadaan si bidan. Yaitu Bidan Dwi Yunita.
"Kami sekeluarga bukan tidak menerima takdir. Karena kami tahu takdir sudah ada yang mengatur. Hanya saja yang sangat kami sayangkan yaitu pelayanan dan perawatan yang sangat buruk yang menyebabkan anak saya meninggal dunia. Anak saya bukan binatang," tegasnya.
Erlangga menyatakan tidak akan menuntut klinik Alifa. Dia hanya meminta keadilan dan pertanggungjawaban Klinik karena pelayanan yang buruk, kelalaian bidan, dan diduga malpraktek.
"Saya dan keluarga berharap Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya sebagai yang berhubungan dengan kinerja bidan-bidan di Tasikmalaya, SOP pelayanan medis itu seperti apa. Saya juga juga minta hal ini ditindaklanjuti secara tegas kepada klinik Alifa. Agar tidak ada lagi korban berikutnya seperti anak saya," pungkas Erlangga.
Di klinik Alifa Tasikmalaya ini, bayi prematur 1.5 Kg anak pasangan Erlangga Surya Pamungkas dan Nisa Armila lahir.-fin - @nadiaanastasyasilvera-Instagram
BACA JUGA:
- Bolehkah Ibu Menyusui Minum Kopi? Awas, Bayi Overdosis Kafein
- Cara dan Syarat Daftar BPJS Kesehatan Untuk Bayi Baru Lahir, Cek di Sini Yuk Moms!
Lihat postingan ini di Instagram
DAPATKAN UPDATE BERITA FIN LAINNYA DI Google News
Sumber: