News

Pasukan Israel Minta Rumah Sakit Al-Shifa di Gaza Dikosongkan

fin.co.id - Pasukan Israel meminta administrator Kompleks Rumah Sakit Al-Shifa di Gaza untuk mengevakuasi pasien, korban luka, warga yang mengungsi, dan petugas medis yang ada di RS, menurut sumber medis Palestina pada Sabtu 18 November 2023.

Sumber tersebut, yang tidak menyebutkan identitas dengan alasan keamanan mengatakan kepada Anadolu bahwa militer Israel "memerintahkan administrasi Al-Shifa di Gaza utara untuk mengevakuasi rumah sakit."

RS tetap berada dalam kepungan Israel, menurut sumber itu, menambahkan bahwa militer melakukan operasi penyisiran, pencarian dan penggalian di dalam rumah sakit.

Militer Israel menyerbu RS Al-Shifa, komplek kesehatan terbesar di wilayah kantung yang diblokade tersebut pada Rabu setelah serangan ekstensif di sekitar fasilitas.

Sejak Israel mulai membombardir Gaza pada 7 Oktober, lebih dari 12.000 warga Palestina telah terbunuh, termasuk lebih dari 8.300 wanita dan anak-anak, dan lebih dari 30.000 lainnya terluka, menurut data terbaru.

Ribuan bangunan, termasuk rumah sakit, masjid dan gereja, juga telah rusak atau hancur akibat serangan udara dan darat yang tiada henti dari Israel di wilayah kantung yang terkepung tersebut.

Blokade Israel juga telah memutus pasokan bahan bakar, listrik, dan air ke Gaza, serta mengurangi pasokan bantuan hingga hanya sedikit.

Sebelumnya, Suasana mencekam dan mengerikan terjadi ketika pasukan Israel masuk melakukan pengerebekan di Rumah Sakit al-Shifa, di Gaza yang menjadi tempat berlindung bagi 2000 lebih pengungsi dan ratusan pasien lainnya. 

Tentara zionis Israel ini menuding Rumah Sakir Al-Shifa sebagai tempat persembunyian Hamas. Tentara Israel masuk memeriksa semua sudut ruangan termasuk basemen yang dianggap sebagai persembunyian militan Hamas. 

Militer Israel mengatakan pada Rabu pagi bahwa mereka melakukan operasi melawan Hamas di daerah tertentu di Rumah Sakit al-Shifa.  

BACA JUGA:

Mereka sebut penggerebekan di RS Shifa sebagai operasi yang ditargetkan terhadap fasilitas medis terbesar di Gaza itu berdasarkan pada intelijen Israel dan Amerika Serikat.

Namun, klaim dan tuduhan itu tidak terbukti. Israel tidak mendapatkan bukti bahwa RS Al Shifa dijadikan tempat persembunyian Hamas. 


Suasana mencekam di Rumah Sakit Al Shifa, Gaza. Ahmed El Mokhallalati/via REUTERS)--

Dilansir dari Aljazeera, nampak, puluhan tentara Israel memasuki RS Al-Shifa, sementara tank-tank perang ditempatkan di halaman kompleks medis. 

Menurut pejabat kesehatan, ada sekitar 650 pasien, termasuk 22 orang dalam perawatan intensif dan 36 bayi prematur, di Rumah Sakit al-Shifa, ditambah sekitar 400 staf medis dan lebih dari 2.000 pengungsi.

BACA JUGA:

Dr Munir al-Bursh, direktur umum rumah sakit di Jalur Gaza, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa pasukan Israel menggeledah ruang bawah tanah al-Shifa dan memasuki gedung bedah dan darurat di dalam kompleks tersebut.

Menurut sumber di dalam al-Shifa, tentara Israel menggunakan pengeras suara dan memerintahkan para pemuda untuk menyerahkan diri.  

Sekitar 30 orang dilaporkan dibawa ke halaman, ditelanjangi, ditutup matanya dan diinterogasi oleh tentara Israel. Pasukan Israel juga meledakkan gudang obat-obatan dan peralatan medis, kata sumber.

BACA JUGA:

Dr Ahmed El Mokhallalati, seorang ahli bedah di dalam fasilitas tersebut, mengatakan suara tembakan keras dan ledakan terdengar di kompleks tersebut.

 “Ini adalah saat yang sangat menakutkan; ini adalah saat yang mengerikan bagi keluarga, warga sipil yang berlindung di rumah sakit bersama anak-anak mereka. Ini sangat buruk bagi staf yang merawat pasien mereka dan pasien itu sendiri,” katanya kepada Al Jazeera.

Sekitar 700 pasien masih dirawat di rumah sakit, termasuk sekitar 100 orang dalam kondisi kritis. 

Lebih dari 1.000 staf medis juga terjebak di Rumah Sakit namun mereka tidak dapat merawat pasien karena kekurangan obat-obatan dan bahan bakar.

Wartawan Al Jazeera melaporkan bahwa ketakutan terjadi di antara staf, pasien, dan pengungsi saat tentara zionis masuk. 

Rumah sakit bukanlah medan pertempuran


Suasana mencekam di Rumah Sakit Al Shifa, Gaza. Ahmed El Mokhallalati/via REUTERS)--

Daerah sekitar al-Shifa telah dilanda beberapa serangan Israel selama berminggu-minggu.  

Pemerintah Israel telah mengeluarkan peringatan untuk mengevakuasi pengungi dari fasilitas tersebut.  

Namun, para pejabat medis Palestina menolak perintah tersebut dan mengatakan mereka tidak bisa meninggalkan pasien mereka.

Di tengah penggerebekan tersebut, Menteri Kesehatan Otoritas Palestina Dr Mai al-Kaila mengatakan, dalam sebuah pernyataan yang diterbitkan oleh kantor berita Palestina Wafa, bahwa pasukan Israel “melakukan kejahatan baru terhadap kemanusiaan, staf medis, dan pasien”.

Pemerintah Palestina menganggap pasukan Israel “bertanggung jawab atas nyawa staf medis, pasien, dan pengungsi di kompleks al-Shifa,” tambahnya.

Sementara Hamas mengatakan bahwa mereka menganggap Israel dan Presiden AS Joe Biden bertanggung jawab atas dampak serangan tersebut, dan menyebutnya sebagai “kejahatan biadab terhadap fasilitas medis yang dilindungi oleh Konvensi Jenewa keempat”.

 Kepala bantuan PBB Martin Griffiths mengatakan dia “terkejut” dengan serangan Israel terhadap al-Shifa. “Rumah sakit bukanlah medan pertempuran,” katanya dalam sebuah postingan di X.

Tedros Adhanom Ghebreyesus, direktur jenderal Organisasi Kesehatan Dunia, menulis di X bahwa “laporan serangan militer ke Rumah Sakit al-Shifa sangat memprihatinkan”.

Komite Palang Merah Internasional (ICRC) juga mengatakan bahwa mereka “sangat prihatin dengan dampaknya terhadap orang-orang yang sakit dan terluka, staf medis, dan warga sipil”, dan bahwa “semua tindakan untuk menghindari konsekuensi apa pun terhadap mereka harus diambil”. (*)

 

Admin
Penulis