Duka Mantan

Duka Mantan

Potret Xi Jingping bersama Li Keqiang (kanan)--

Yang memejamkan mata kemarin pagi itu Anda sudah tahu: Li Keqiang. Selamanya. Ia meninggal dalam usia 68 tahun. Yakni ketika baru tujuh bulan tidak lagi menjabat perdana menteri Tiongkok.

Li Keqiang tergolong pemimpin hebat yang mengakhiri jabatannya dengan agak sedih. Ia dua periode jadi perdana menteri. Periode keduanya bernasib kurang baik. Pertumbuhan ekonomi Tiongkok menurun. Tumbuh, tapi lebih rendah. Untuk kali pertama. Sejak 40 tahun sebelumnya.

Penurunan itu sulit di-stop. Sampai beberapa tahun kemudian. Pun sampai sekarang. Padahal ekonomi adalah tanggung jawab perdana menteri.

Ditambah lagi meledaknya Covid-19. Tekanan pada Li Keqiang luar biasa.

Ia tidak diajak serta ketika Presiden Xijinping berhasil memperpanjang periode. Li Keqiang  sudah merasa tidak akan diajak berpasangan lagi di periode ketiga.

Maret lalu Xi Jinping memilih pengganti Li Keqiang. Namanya: Li Qiang.

Dua bulan sebelumnya pun pertanda itu sudah ada: Li Keqiang tidak lagi menjabat salah satu pimpinan puncak partai komunis Tiongkok.

Sejak itu tidak ada lagi berita: ke mana Li Kejiang, di mana ia dan melakukan apa. Begitulah budaya politik di Tiongkok. Pemimpin yang sudah pensiun tidak pernah tampil. Tidak mau tampil. Mungkin juga tidak boleh tampil. Atau tidak diberi ruang tampil.

Pun mereka tidak pernah berkomentar. Apa pun. Termasuk mengenai keadaan pemerintah. Apalagi berkomentar mengenai pejabat yang menggantikannya.

Tidak ada pejabat lama mengkritik pejabat yang baru.

Maka hilangnya nama Li Keqiang dari peredaran biasa saja. Jangankan Li Kejiang. Sekelas presiden Jiang Zeming dan PM Zhu Rongji pun bukan siapa-siapa lagi setelah tidak menjabat.

Di Indonesia juga ada mantan pejabat yang seperti itu: Jenderal Polisi Sutarman. Begitu tidak jadi kapolri, Sutarman menjauh sejauh-jauhnya: ke pelosok Sukabumi. Menjadi petani. Beneran. Tiap hari ke sawah. Kadang bersama istri.

Kadang saya dikirimi foto ketika padi di sawahnya lagi indah menguning. Atau ia lagi berjalan di pematang di tengah sawah. Di Sukabumi yang damai. Indah. Alamiah.

Tapi ia, kelihatannya, juga lagi pusing di tengah kedamaian alam: sawahnya mengering. Sulit dapat air. Hujan tidak kunjung turun.

Setidaknya saya masih tahu di mana Jenderal Sutarman sekarang.

DAPATKAN UPDATE BERITA FIN LAINNYA DI Google News


Sigit Nugroho

Tentang Penulis

Sumber:

Berita Terkait

Inisial B

6 hari

Masa Depan

1 minggu