Zaytun Ibrani

Zaytun Ibrani

Dahlan Iskan makan bersama Syekh Panji pengasuh Ponpes Al-Zaytun--

Saat kami makan, ada orang Tionghoa masuk ruang makan. Syekh menyapanya dalam bahasa Mandarin. Saya terbengong.

Lalu saya juga menyapa tamu itu dalam bahasa Mandarin. Ternyata ia dari Shanghai. Di Al-Zaytun hanya akan 1,5 bulan. Ia tenaga ahli instalasi air minum kemasan. Al-Zaytun lagi memperbarui mesin pabrik air minumnya.

Saya pun ''menguji'' Syekh lewat beberapa pertanyaan dalam bahasa Mandarin. Semua bisa dijawab dalam Mandarin.

Syekh tidak mau menjawab pertanyaan soal tuduhan Al-Zaytun terafiliasi dengan ideologi Negara Islam Indonesia (NIl).

Ia sudah bosan dengan pertanyaan itu. Yang setiap menjelang tahun ajaran baru selalu muncul.

"Biar dijawab Robin saja," kelakarnya. 

Hanya soal itu yang ia tidak mau menjawab. Soal wanita ikut salat di barisan depan ia tampilkan perspektif sejarah. 

"Di zaman jahiliyah laki-laki diutamakan. Laki-lakilah yang diperlukan dalam perang. Di zaman Firaun laki-laki dibasmi. Perempuan dianggap mudah diatur. Di zaman Muhammad laki perempuan dibuat sejajar," ujar Syekh Panji.

Saya pun tahu arahnya ke mana. (*)

 

DAPATKAN UPDATE BERITA FIN LAINNYA DI Google News


Afdal Namakule

Tentang Penulis

Sumber:

Berita Terkait

Emas Bodoh

3 minggu

Nilai 95

4 minggu

Somasi RBT

1 bulan

Gaza Rock

4 bulan

Gaza Ben

4 bulan