No Gag

No Gag

--

Oleh: Dahlan Iskan

SERI kedua Safari Ramadan hari ini tertunda oleh pertanyaan berikut ini: kenapa Donald Trump tidak bicara apa-apa di pengadilan Selasa kemarin?

Rupanya Trump sudah mendapat nasihat dari tim pengacaranya: di pengadilan, setiap ucapan yang tidak disiapkan dengan baik akan membawa konsekuensi hukum. Dan ia, kali ini, mendengar nasihat itu.

Sejak mendengarkan dakwaan yang dibacakan hakim Juan Merchan kemarin, Trump bukan lagi satu-satunya pengatur skenario drama kehidupannya. Ia tidak bisa lagi semaunya sendiri.

Memang di sidang pertama kemarin itu hakim tidak memberlakukan ''gag''. Tapi hakim telah mengingatkan agar masing-masing pihak menahan diri. Terutama dalam bersikap. Juga dalam berkata-kata. Agar tidak membuat ketegangan dan kerusuhan sosial.

Di banyak perkara, hakim memberlakukan ''gag''. Misalnya di pembunuhan 4 mahasiswi U of I di Idaho itu. Hakim memerintahkan agar terdakwa, pengacara, para saksi, jaksa, dan keluarga tidak boleh bicara terkait perkara. Kepada media. Kepada siapa pun. Hakim memberlakukan ''gag''.

Dalam perkara Trump hakim tidak mengenakan ''gag''. Atau belum. Selama ini pihak Trump memang berjuang untuk tidak ada ''gag''. Itu adalah bagian dari kebebasan berbicara yang dijamin konstitusi. Hakim Juan Merchan bahkan menambahkan alasan: Trump adalah calon presiden yang harus banyak bicara.

Tapi dengan imbauan agar tidak memancing ketegangan dan kerusuhan sosial, hakim akan terus memonitor apa yang akan berkembang. Kalau imbauan itu tidak ditaati bisa saja, di tengah jalan, hakim memutuskan untuk ''gag''.

Tulisan ini saya buat sebelum Trump berpidato di estate-nya di Mar a Lago di Florida. Pidato itu sudah direncanakan sejak beberapa hari lalu. Ia akan menumpahkan banyak hal setelah pulang dari penyerahan dirinya sebagai terdakwa di New York.

Sebelum ia menyerahkan diri pun ballroom di Mar a Lago sudah ditata. Disiapkan sekitar 200 kursi. Tokoh-tokoh Republik diundang. Pendukung utamanya diundang. Panggungnya dibuat seperti panggung acara tunggal yang besar.

Saya tidak tahu apakah isi pidatonya diubah dibanding yang direncanakan. Apakah sudah dibuat lebih hati-hati. Atau lebih pendek dari kebiasaan Trump. Atau masih sama saja. Yang jelas, Trump kini tidak bisa lagi semaunya.

Peringatan hakim itu juga sekaligus untuk para pendukung fanatik Trump. Begitu ada kerusuhan maka hakim bisa bikin keputusan baru.

Hakim Juan Merchan sangat berpengalaman. Ia kelahiran Kolombia, Amerika Latin. Ia diajak orang tua pindah ke Amerika saat usianya 6 tahun. Mereka tinggal di New York. Jadi orang New York. Sampai sekarang. Ia juga yang menghukum perusahaan Trump tahun lalu.

Sidang pertama kemarin berlangsung 57 menit. Trump tidak diborgol. Ia memasuki ruang pengadilan dengan wajah serius cenderung merengut. Konsisten terus seperti itu. Sampai ia meninggalkan ruang sidang.

DAPATKAN UPDATE BERITA FIN LAINNYA DI Google News


Afdal Namakule

Tentang Penulis

Sumber:

Berita Terkait

Jaga Hati

1 hari

Nilai 95

6 hari

Nilai Nol

1 minggu

Perang Bukan

1 minggu

Fokus Tiga

1 minggu