Ada Petir atau Kilat Sebelum Gempa Bumi? Ini Penjelasan Pakar

Ada Petir atau Kilat Sebelum Gempa Bumi? Ini Penjelasan Pakar

Illustrasi Petir--pixabay

Situs University of Alaska menyebutkan HAARP yang berbasis di Alaska adalah pemancar berdaya dan berfrekuensi tinggi paling mumpuni di dunia untuk mempelajari ionosfer. 

Instrumen utama teknologi itu adalah Ionospheric Research Instrument (IRI), berupa susunan antena dipol silang 180 HF yang tersebar di lahan seluas 33 hektar dan mampu memancarkan daya listrik 3,6 megawatt ke atmosfer bagian atas dan ionosfer.

Tujuan penelitian di HAARP adalah untuk melakukan studi mendasar tentang proses fisik yang bekerja di bagian tertinggi atmosfer, yaitu termosfer dan ionosfer. 

Penelitian itu terbagi dalam dua kategori yakni aktif, yang membutuhkan penggunaan IRI, dan pasif, yang hanya menggunakan instrumen pemantauan.

BACA JUGA:Gempa Turki; 2 WNI Masih Dicari, Wanita Asal Bali Bersama Anak dan Suaminya Ditemukan Meninggal Dunia

Terkait gempa yang terjadi di Turki, Muzli mengatakan daerah tersebut berada diantara tiga lempengan besar yaitu lempeng Eurasia, Anatolia, Arabian. 

Ketiga lempeng tersebut mengakibatkan patahan tektonik yang terdiri dari beberapa segmen yang sudah mulai jenuh sehingga bisa melepaskan energi yang sangat besar.

Akumulasi beberapa segmen patahan itu menyebabkan terjadinya gempa hingga magnitudo 7,8 di sekitar Turki dan Suriah.

“Jadi patahan Anatolia ini mungkin ada beberapa segmen yang patah pada awal, kemudian memicu segmen-segmen di depannya beberapa kilometer patah semua sehingga menjadi magnitudo yang sangat besar, yaitu 7,8,” kata Muzli.

BACA JUGA:BMKG Ungkap Jenis dan Penyebab Gempa Kota Jayapura Berkekuatan Magnitudo 5.4

Dalam beberapa gempa besar, seperti di Pidie, Aceh tahun 2006, beredar kabar bahwa warga setempat melihat petir sebelum gempa terjadi. 

Secara umum, Muzli mengatakan sampai saat ini belum ada bukti secara spesifik apakah benar petir tersebut yang memicu terjadinya gempa dengan magnitudo besar.

DAPATKAN UPDATE BERITA FIN LAINNYA DI Google News


Khanif Lutfi

Tentang Penulis

Sumber: