Minyak Merah

Minyak Merah

--

Donald pun menyandingkan data hasil penelitiannya: minyak merah vs olive oil. Mana yang lebih hebat.

Awalnya seperti tidak masuk akal: minyak merah lebih hebat dari olive oil. Bagaimana bisa olive oil kok kalah. Padahal olive oil –minyak zaitun– begitu diagungkan di Eropa. Dan di seluruh dunia. Termasuk di dapur rumah saya.

Bagaimana bisa olive oil yang begitu mahal dikalahkan oleh minyak merah temuan Donald Siahaan dari Medan. Anda sudah tahu: harga olive oil kualitas sedang saja bisa Rp 150.000/liter. Yang paling bagus bisa Rp 500.000/liter.

Lalu bandingkan berapa harga minyak merah. "Kira-kira akan Rp 15.000/liter," ujar Donald. Ia mengatakan ''kira-kira'' karena minyak merah memang belum ada di pasar. "Baru akhir tahun ini mulai diproduksi," ujarnya.

Penelitian itu dilakukan selama dua tahun. Yang membiayai: Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS). Yang kini dipimpin Eddy Abdurrachman yang asalnya juga dari kementerian keuangan. Keseluruhan acara Festival UMKM di Jatim itu pun didukung lembaga itu.

Donald sebenarnya sudah lama tahu: minyak sawit itu kaya akan vitamin E, pro-vitamin A dan squalene. Namun semua khasiat itu nyaris hilang total dalam proses perubahan dari CPO menjadi minyak goreng. Yakni akibat pemanasan dalam proses itu. 

Maka Donald pun meneliti: bagaimana agar vitamin E dan provitamin A di sawit itu tidak hilang. Demikian juga squalene-nya yang amat tinggi. 

Ditemukanlah proses membuat minyak goreng kelapa sawit tanpa melalui temperatur tinggi. Itulah minyak merah. Nama yang simpel. 

"Di Nigeria ternyata juga dilakukan hal yang sama. Di sana, sejak lama, rakyat menanam kelapa sawit. Lalu membuatnya menjadi minyak goreng," ujar Donald. Ia pernah ke sana. Untuk memperdalam penelitiannya. "Proses membuatnya sangat tradisional. Semua orang bisa," ujar Donald.

Minyak merah Donald ini memang berwarna merah. Cerah. Sekilas seperti warna air buah delima yang dimasukkan botol.

Memang masih ada kelemahannya: aromanya tidak harum seperti minyak sawit yang kita kenal. Itu perlu proses sosialisasi untuk membiasakannya. Tidak mudah. Ini pekerjaan berat. Namun olive oil pun begitu. Aromanya juga tidak seperti minyak goreng yang kita kenal. Tapi rasa olive oil dianggap rasa yang tinggi  karena berhasil masuk ke kalangan atas. Keberhasilan itu dipicu oleh khasiat olive oil yang bisa membuat sehat –sedang minyak goreng biasa dianggap sumber kolesterol.

Apakah minyak merah akan bisa menembus pasar yang didominasi aroma harum minyak goreng?

Dari harganya yang ''hanya'' Rp 15.000 /liter harusnya bisa. Hanya selisih sekitar Rp 3.000 dari minyak goreng sawit. Tapi soal aroma gorengan tadi soal yang sangat besar. Sehat bisa kalah dengan enak. Khasiat bisa kalah dengan selera.

Kita biasa pilih sakit tapi enak daripada sehat tapi kurang enak. 

Mengapa baru dua tahun lalu Donald memulai penelitiannya?

DAPATKAN UPDATE BERITA FIN LAINNYA DI Google News


Afdal Namakule

Tentang Penulis

Sumber:

Berita Terkait

Inisial B

10 jam

Jaga Hati

1 minggu

Politik Hati

1 minggu

Emas Bodoh

1 minggu

Nilai Wong

1 minggu

Nilai Nol

2 minggu

Perang Bukan

2 minggu