Kena Diare tapi Konstipasi Juga? Ini Nama Kondisinya

Kena Diare tapi Konstipasi Juga? Ini Nama Kondisinya

Diare, Konstipasi |Ilustrasi oleh Azmi Talib dari Pixabay--

JAKARTA, FIN.CO.ID - Anda punya masalah dengan diare, atau mungkin konstipasai, atau malahan diare dan konstipasi?

Menurut ahli, kondisi ini bisa dikaitkan dengan sindrom iritasi usus besar atau yang juga dikenal dengan nama IBS.

IBS merupakan sebuah kondisi di mana sistem pencernaan bermasalah, yang lalu menyebabkan diare, keram dan kembung yang berkepanjangan.

(BACA JUGA:Jika Bayi Diare seperti Ini, Jangan Lagi Tunda untuk Bawa ke Dokter)

(BACA JUGA:Kaitan antara Konstipasi dengan Risiko Alzheimer)

Penyebabnya sendiri belum bisa dipastikan, akan tetapi para ahli, via Halodoc, meyakini jika beberapa faktor di bawah ini bisa jadi pemicunya:

•    Makan makanan yang memiliki kandungan gluten, sejenis protein yang terdapat dalam gandum, gandum hitam dan jeli.

•    Makan makanan yang sulit dicerna. Ada sejenis karbo yang dinamakan FODMAP, biasanya ditemukan pada apel, manga, pir, semangka, asparagus, kubis, kol, kacang, bawang, jamur, susu dan produk olahan berbahan susu.

•    Minum minuman berkafein, bersoda dan beralkohol juga dapat memicu IBS.
•    Terkena infeksi saluran cerna akibat bakteri atau virus, salah satunya gastroenteritis.

•    Masalah psikologis seperti depresi, gangguan kecemasan dan gangguan somatoform.

•    Perubahan hormone juga bisa memicu IBS.

Seperti Apa Rasanya Menderita IBS?

Seorang blogger Instagram, Alyce Crawford berbagi pengalaman tentang bagaimana rasanya, menderita kondisi bernama sindrom iritasi usus besar.

Wanita yang berprofesi sebagai model di Instagram itu mengatakan bahwa kondisi yang dideritanya ini telah berlangsung sekitar tiga tahun lamanya.

Dan kembung adalah gejala yang paling sering dikeluhkannya.

Kondisi ini kata dia, terjadi hanya dalam satu malam di mana ketika ia terbangun dari tidurnya. Ia lalu mendapati perutnya kembung layaknya wanita hamil yang diikuti dengan sensasi tertusuk benda tajam.

Dan sejak itu, hidupnya berubah dan tidak pernah lagi sama.

“Orang seringkali salah paham dengan kondisi ini, bahkan terabaikan oleh profesi medis dan orang-orang pada umumnya".

“Ini bukanlah kondisi yang mengancam nyawa, tapi kondisi ini dapat menyebabkan dan memberikan dampak negatif pada mental dan fisik".

“Kondisi ini nyata, menyakitkan dan mengapa saya berbagi adalah untuk membantu (saya sendiri) bangkit juga untuk membantu mereka (yang senasib)” dia.

DAPATKAN UPDATE BERITA FIN LAINNYA DI Google News


Makruf

Tentang Penulis

Sumber: