fin.co.id - Sebuah pagar bambu yang membentang sepanjang 30,16 kilometer di Pesisir Tangerang, Banten, menjadi sorotan publik. Pagar bambu yang membentang dari Desa Muncung hingga Desa Pakuhaji mengganggu aktivitas nelayan sekitar.
Direktur Eksternal Eksekutif Nasional Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Mukri Fitriana membeberkan sejumlah dampak akibat pemasangan pagar bambu di Pesisir Tangerang tersebut. Untuk saat ini, kata dia, dampak lingkungannya dapat menghambat laju arus muara ke laut dan begitu sebaliknya.
Dia mengatakan, motif si pengembang membuat pagar di tengah laut itu untuk pembangunan kota baru dengan cara mereklamasi.
"Sehingga nanti di sela-sela pagar bambu yang dibangun itu dia akan menumpuk sampah. Ini akan menyulitkan terutama bagi nelayan-nelayan yang butuh sirkulasi, khususnya nelayan tambak," kata Mukri kepada wartawan, Jumat 10 Januari 2025.
Baca Juga
- Polisi Bongkar Praktik Prostitusi, Anak di Bawah Umur Layani 70 Pria Hidung Belang
- 2 Wanita Asal Thailand Selundupkan Sabu dalam Kelamin dan Dubur
Menurut Mukri, nelayan tambak sangat membutuhkan sirkulasi air. Jika pembuangan airnya tidak masuk ke muara (muara ke laut dan sebaliknya) maka dapat berpengaruh terhadap budidaya.
"Kalau dia nggak lancar pembuangan airnya dan sebaliknya dari laut masuk ke mari ini bisa berpengaruh terhadap konteks budidaya bisa terancam gagal," tuturnya.
Kendati demikian, Mukri belum dapat memastikan, apakah pemagaran itu dapat merusak ekositem laut atau tidak. Pasalnya, dia belum melakukan riset soal berapa jumlah terumbu karang yang ada di sepanjang 30 Km pemagaran misterius itu.
Namun yang jelas, kata Mukri, apapun yang sudah membawa material baru ke dalam material alami itu pasti akan menimbulkan kerusakan.
"Karena di dalam permukaan air tidak nampak apa yang terjadi. Tapi kalau misalnya pakai metode penyelaman atau bahkan berbasis riset sebelumnya diketahui sepanjang 30 km ini di mana saja ada spot-spot terumbu karang itu akan mudah untuk dilacak," jelasnya.
Baca Juga
- Ditanya Soal Pagar Laut di Pesisir Utara, Pj Bupati Tangerang: Bukan Tugas Kami!
- Catat, Berburu 'Koin Jagat' di Jakarta Jangan Sampai Langgar Peraturan, Ini Sanksinya!
Sebab, lanjut Mukri, terumbu karang merupakan tempat alami berpijaknya para ikan di laut. Jika terumbu karang rusak, maka ikan menjadi berkurang.
"Kalau sudah berkurang juga tangkapan nelayan menjadi berkurang juga. Konsekuensi lainnya adalah ekonominya semakin sulit untuk didapat buat orang-orang kecil ini," tandasnya.
(Can)