Seruan IMF untuk Akhiri Konflik di Lebanon dan Krisis Kemanusiaan di Timur Tengah

fin.co.id - 25/10/2024, 09:22 WIB

Seruan IMF untuk Akhiri Konflik di Lebanon dan Krisis Kemanusiaan di Timur Tengah

Serangan Israel ke Lebanon/ANTARA/Anadolu/PY

fin.co.id – Jihad Azour, kepala Departemen Timur Tengah dan Asia Tengah IMF, menyerukan kepada komunitas internasional untuk bekerja sama mengakhiri konflik di Lebanon dan mengatasi krisis kemanusiaan yang melanda wilayah tersebut.

Dalam pernyataannya kepada AFP di sela-sela pertemuan tahunan IMF dan Bank Dunia, Azour menyoroti dampak parah yang ditimbulkan oleh konflik terbaru di Lebanon, khususnya akibat invasi Israel ke wilayah selatan untuk melawan Hezbollah.

IMF baru-baru ini menurunkan perkiraan pertumbuhan ekonomi untuk kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara menjadi 2,1 persen untuk tahun ini, sambil mempertahankan proyeksi pertumbuhan 4,0 persen untuk 2025. Namun, Azour menegaskan bahwa perkiraan ini tidak mempertimbangkan dampak ekonomi dari eskalasi konflik yang terjadi.

Azour, yang juga mantan Menteri Keuangan Lebanon, menjelaskan bahwa negara-negara yang paling terkena dampak, termasuk Lebanon dan wilayah Palestina, tengah menghadapi "masalah kemanusiaan yang besar" yang telah menghancurkan ekonomi mereka.

“Ada kerugian besar dalam output, penghancuran infrastruktur yang masif, dan kebutuhan yang mendesak untuk pengeluaran tambahan, seperti tempat tinggal dan kesehatan,” ujarnya.

Lebih lanjut, Azour memprediksi bahwa pertumbuhan ekonomi di daerah-daerah yang terkena dampak kemungkinan akan negatif, dengan proses pemulihan yang diperkirakan akan memakan waktu lebih lama.

IMF bahkan telah menangguhkan proyeksi untuk ekonomi Lebanon, mengingat "tingkat ketidakpastian yang sangat tinggi".

Laporan Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa memperkirakan bahwa produk domestik bruto (PDB) Lebanon akan menyusut sebesar 9,2 persen sebagai akibat langsung dari konflik tersebut.

Azour juga mencatat bahwa hampir 20 persen dari populasi Lebanon telah terdislokasi akibat kekerasan. Ia mendesak komunitas internasional untuk memberikan bantuan berupa hibah kepada Lebanon dan berupaya keras mengurangi penderitaan rakyat yang terkena dampak.

Dampak Tidak Langsung pada Negara Tetangga

Sementara itu, negara-negara seperti Mesir dan Yordania yang terpengaruh secara tidak langsung oleh konflik juga merasakan dampak yang signifikan.

Mesir mengalami penurunan pendapatan sebesar 70 persen dari kapal-kapal yang melintas di Terusan Suez, sementara ekonomi Yordania tertekan oleh penurunan tajam dalam sektor pariwisata.

IMF baru saja memperluas program pinjaman yang ada untuk Mesir dari $3 miliar menjadi $5 miliar, sebagai imbalan atas reformasi ekonomi yang menyakitkan, termasuk pergeseran menuju nilai tukar yang lebih fleksibel dan penekanan pada penanganan inflasi serta tingkat utang yang tinggi.

Azour menekankan bahwa selain membantu negara-negara di kawasan ini menghadapi masalah segera, IMF juga berperan dalam membangun kembali kawasan pasca-konflik. “Kami percaya bahwa ada potensi kerja sama regional di mana negara-negara dapat berdagang dan saling bertukar lebih banyak untuk tumbuh bersama,” ujarnya.

Seruan ini menyoroti perlunya tindakan kolektif dari komunitas internasional untuk mengatasi tantangan yang dihadapi oleh Lebanon dan negara-negara di sekitarnya, serta menegaskan pentingnya stabilitas di kawasan yang terus dilanda konflik. (*)

Sigit Nugroho
Penulis