Voice of Istiqlal Terima Donasi 253 Kitab Klasik dari Tiongkok, Mempererat Hubungan Islam Indonesia-Tiongkok

fin.co.id - 16/10/2024, 20:09 WIB

Voice of Istiqlal Terima Donasi 253 Kitab Klasik dari Tiongkok, Mempererat Hubungan Islam Indonesia-Tiongkok

Voice of Istiqlal Terima Donasi 253 Kitab Klasik dari Tiongkok (Ist)

fin.co.id - Pada hari Rabu, 16 Oktober 2024, Loretta Thamrin, pendiri KODIPEST (Konten Digital Pesantren) dan SIM GO KING, berhasil membawa sebuah tonggak baru dalam hubungan Indonesia-Tiongkok melalui sumbangan berharga berupa 253 kitab klasik bertajuk The Hui Nationality Collection ke China Space di Masjid Agung Istiqlal, Jakarta.

Koleksi kitab kuno yang terdiri dari 539 buku tersebut mencatat sejarah penting Suku Hui dan perkembangan Islam di Tiongkok selama lebih dari 1600 tahun.

Sumbangan ini datang dari Ma Zhijun, Ketua Komite Halal dari Kamar Dagang Internasional Sichuan, yang terkesan oleh pengalaman religiusnya di Masjid Istiqlal satu tahun lalu. Selama kunjungan tersebut, Ma, yang dikenal juga dengan nama Islaminya, Muhammad, merasa sangat terinspirasi oleh suasana hikmat dan kedalaman spiritual yang dirasakan di Masjid Istiqlal.

Pengalaman ini mendorongnya untuk memberikan kontribusi signifikan kepada Voice of Istiqlal China Space, yang menjadi wadah untuk mempererat hubungan antara dua negara melalui sejarah, budaya, dan agama.

Koleksi Kuno Suku Hui: Memahami Sejarah Islam di Tiongkok

The Hui Nationality Collection merupakan kumpulan naskah kuno yang mencatat sejarah Suku Hui, kelompok Muslim terbesar di Tiongkok, yang sebagian besar merupakan hasil asimilasi antara penduduk Han asli dengan pendatang dari Persia dan Arab pada abad ke-7.

Koleksi ini terdiri dari lebih dari 3000 naskah dan 100,000 dokumen digital, menjadi arsip penting yang menjembatani sejarah panjang interaksi antara Tiongkok, suku-suku setempat, dan agama Islam.

Sumbangan ini menjadi simbol penting bagi hubungan erat antara dua negara yang memiliki sejarah panjang interaksi lintas budaya dan agama. Loretta Thamrin menekankan bahwa melalui pemahaman lebih dalam terhadap sejarah Islam, baik di Tiongkok maupun di Indonesia, kita bisa lebih mengenal Allah dan menjalin persaudaraan yang lebih erat antarumat Muslim di kedua negara.

“Dengan memahami riwayat dan sejarah agama Islam di kedua negara, kita dapat mencari lebih banyak persamaan dan berbagi rasa persaudaraan,” ujarnya.

China Space at Istiqlal: Simbol Kerjasama Budaya dan Keagamaan

Serah terima sumbangan ini menjadi bagian dari acara bedah buku Pertautan Muslim Indonesia dan Tiongkok: Sejarah dan Dinamika Akulturasi Budaya Dua Bangsa yang juga diadakan di China Space at Istiqlal.

Penulis buku, Budy Sugandi, menyoroti betapa pentingnya hubungan antara tiga unsur kunci dalam sejarah Indonesia—Tiongkok, Tionghoa, dan Islam. Ia menegaskan bahwa menghargai sejarah dan interaksi budaya dapat membantu kedua negara menghadapi masa depan yang lebih harmonis.

Direktur Voice of Istiqlal, Gugun Gumilar, menjelaskan bahwa China Space at Istiqlal didonasikan oleh Kedutaan Besar Republik Rakyat Tiongkok pada bulan September 2024 sebagai pusat pendidikan dan budaya. China Space berfungsi sebagai platform untuk memperkuat hubungan budaya, peradaban, dan keislaman antara Indonesia dan Tiongkok.

“Mudah-mudahan China Space ini dapat menjalin kerjasama keislaman, kebudayaan, dan peradaban untuk kemajuan kedua negara,” ujar Gugun.

Signifikansi Diplomasi Budaya

Sumbangan ini tidak hanya memiliki nilai historis, tetapi juga berfungsi sebagai jembatan diplomasi budaya antara Indonesia dan Tiongkok. Dengan lebih dari 25 juta Muslim di Tiongkok, di mana 50% berasal dari Suku Hui, sumbangan ini menjadi simbol kedekatan budaya dan agama antara dua negara dengan populasi Muslim yang besar.

Melalui kegiatan seperti ini, harapannya adalah tercipta pemahaman dan penghormatan yang lebih dalam terhadap perbedaan dan persamaan antara Indonesia dan Tiongkok.

Sumbangan ini diharapkan akan secara resmi diserahkan oleh Ma Zhijun pada bulan November 2024, menandai komitmen berkelanjutan kedua negara untuk menjalin persahabatan melalui sejarah, budaya, dan agama.

Sigit Nugroho
Penulis