"Sekarang ini, program Guru Penggerak masih sangat terbatas dan belum menjangkau semua. Hal ini diperparah dengan ketidakpahaman pemerintah daerah bagaimana peran mereka dalam menjawab soal-soal ini," tandasnya.
Di sisi lain, sekolah dan perguruan tinggi juga masih menjadi barang mahal bagi sebagian besar masyarakat.
"Masih jutaan kasus anak tidak sekolah, ini juga dialami oleh mayoritas anak-anak disabilitas. Pada sisi lain, anak-anak yang sekolah tidak bisa lanjut ke jenjang lebih tinggi karena ijazah mereka ditahan oleh pihak sekolah."
Pembiayaan sektor pendidikan ini masih menjadi benang kusut yang kurang diperhatkan.
Baca Juga
- Soroti Kasus Anak Bunuh Ayah-Neneknya di Lebak Bulus, BKKBN Ajak Orang Tua Ngobrol dengan Anaknya
- Kepala Biro Humas dan Sesditjen PHPT Imbau Masyarakat Alih Mediakan Sertipikat Analog Jadi Elektronik
Lebih lanjut, Ubaid menyoroti pentingnya menciptakan sekolah yang ramah terhadap anak.
"Jangan seperti hari ini, sekolah kita sedang darurat perundungan dan kekerasan seksual. Bagaimana mereka bisa belajar kalau rasa aman itu tidak ada di sekolah" tandasnya.
Oleh karena itu, ia berharap melalui pemerintahan mendatang harus ada perbaikan, perubahan, dan terobosan-terobosan yang mampu membawa sektor pendidikan lebih berkeadilan bagi semua dan tidak ada diskriminasi. (Anisa Azzahra).
Dapatkan berita terkini langsung di ponselmu. Ikuti saluran FIN.CO.ID di WhatsApp: https://whatsapp.com/channel/0029Vajztq