Itu adalah hari terakhir para gadis muda itu menempelkan bibir mereka ke cermin.
Xiaomi A1
Jangankan yg tingkat SMP/SMA, biaya sekolah TK-Taman Kanak2 yg bagus pun sudah banyak yg dikisaran 2 jt/bln, setara 100 rb per hari (jika 20 hari dlm sebulan). Klo dilihat 2/bln mungkin berasa mahal, tapi klo mengingat harga kopi susu kekinian yg jg sudah 20rb/cup (yg premium malah 30-40rb) tentu 100rb/hari untuk pendidikan dasar (menurut saya TK ini sangat penting, krn di sinilah letak pondasinya) tentu hal ini sangat worth..
Johannes Kitono
Guru- Matematik.
Ketika era Ganyang Malaysia berakhir pada 11 Agustus 1966. Menurut Des Alwi ( alm ) yang akrab di sapa Om Des. Permintaan pertama dari pihak Malaysia ada 300 orang guru Matematik dari Indonesia. Alasannya, saat itu mereka belum punya Pilot bumiputra. Itu baru Pilot belum lagi dokter. Kedua profesi itu tentu perlu ilmu eksakta bukan sastra. Om Des adalah diplomat ulung yang tergabung di Opsus pimpinan Letkol Ali Murtopo.Beliau adalah anak angkat Sutan Syahrir sekaligus rekan Tengku Abdul Rahman dan Tun Abdul Razak di Raffles College London. Kedua tokoh itu adalah founding father Malaysia.Om Des adalah tokoh yang berjasa mendamaikan Indonesia dan Malaysia.Now sudah 58 tahun perdamaian terjadi. Dan tidak jelas berapa jumlah guru matematik yang telah dikirim ke Malaysia. Satu hal yang jelas. Menurut Menkes BGS , Indonesia masih kekurangan dokter apalagi yang spesialis. Dan banyak pasien Indonesia lebih happy berobat ke Malaysia. Lebih cepat dan murah.Ironis sekali, 90 % pasien RS Timberland dan Borneo Medical Centre asalnya dari Indonesia. Bisa jadi para dokter ini juga pernah menjadi murid guru Matematik dari Indonesia. Gaji guru di Malaysia RM.15 ribu atau Rp.50 juta/bulan. Silahkan bandingkan dengan gaji guru kita yang nasibnya seperti Umar Bakri. Sangat jauh dari sejahtera. Pilot dan dokter perlu belajar Matematika. Tentu lebih afdol kalau dari guru matematik yang gajinya sudah sejahtera. Semoga Semuanya Hidup Berbahagia.
djokoLodang
Baca Juga
--o-
Seorang nyonya senior menelepon bank langganannyi tetapi malah dialihkan ke pusat panggilan bank.
“Apakah ini Bank M cabang Sukajadi?” dia bertanya.
“Bukan, Nyonya,” jawab suara di seberang sana. “Sekarang sudah menjadi kebijakan perusahaan untuk melayani panggilan telepon secara terpusat. Ke call-center ini.”
“Yaah, ... saya benar-benar perlu berbicara dengan bank saya di Sukajadi,” kata wanita tua itu.
“Nyonya, jika Anda memberi tahu masalah Anda, saya yakin saya dapat mengatasinya.”
“Tidak bisa, anak muda. Saya mesti berbicara dengan cabang Sukajadi.”
Operator call center bersikeras.