Ide Terakhir

fin.co.id - 22/07/2024, 06:06 WIB

Ide Terakhir

Ilustrasi meningkatnya polusi udara di Jakarta.--

Reply untuk Mbah Mars di bawah.

Menurut saya Zainul Maarif yang dosen Universitas NU Indonesia, bersama teman-temannya: Sekretaris Umum Pagar Nusa, Wakil Ketua PWNU Banten, dan dua perempuan dari Fatayat NU, itu sama sekali tak punya empati pada warga Gaza yang mengeluh نحن نهرب من الموت الى الموت (Kami berlari dari kematian menuju kematian), karena tiap hari sepanjang 24 jam serangan udara Tzahal/IDF tiada henti. Bahkan daerah yang oleh IDF ditetapkan sebagai zona aman pun tak luput dari serangan udara.

Ketika orang ramai-ramai mengecam, Zainul Maarif dkk menganalogikan pertemuan mereka dengan Isaac Herzog dengan pertemuan Gus Yahya dengan Netanyahu di 2018 dan pertemuan Gus Dur dengan PM Yitzak Rabin jauh sebelumnya. Padahal konteksnya berbeda.

Gus Yahya datang ke Israel atas undangan dialog antar-iman. Pertemuan dengan Netanyahu di luar jadwal. Pun waktu itu Bibi belum gila kayak sekarang. Sedang Gus Dur juga diundang Yitzak Rabin untuk menyaksikan penandatangan perjanjian damai Israel-Yordania. Lha Zainul Maarif dkk itu kan bertemu Isaac Herzog atas inisiatif mereka sendiri. Pun Herzog itu tak punya kekuasaan apa-apa selain melantik perdana menteri. Sudah gitu, eh, pertemuan mereka di saat serdadu Israel bertindak biadab di Gaza, bahkan juga di Tepi Barat.

Ulah Zainul Maarif dkk itu bukan hanya melukai perasaan kaum Nahdhiyin, tetapi juga rakyat Indonesia secara umum, dan juga perasaan warga Palestina, utamanya warga Gaza.

Lagarenze 1301

Pak Kepala Sekolah di suatu SMA mendapatkan masalah dengan beberapa siswi kelas akhir.

Para siswi mulai menggunakan lipstik. Saat memakainya di toilet, mereka menempelkan bibir ke cermin dan meninggalkan noda merah bekas bibir.

Sebelum hal itu menjadi tidak terkendali, Pak Kepsek memikirkan cara untuk menghentikannya.

Ia mengeluarkan pengumuman untuk semua siswi yang memakai lipstik agar berkumpul di toilet wanita pada jam 2 siang.

Para siswi pun berkumpul dan menemukan Pak Kepsek dan petugas kebersihan sekolah sudah menunggu.

Pak Kepsek menjelaskan bahwa menjadi masalah bagi petugas untuk membersihkan cermin setiap hari. Ia mengatakan bahwa para siswi tidak sepenuhnya memahami betapa besarnya masalah yang terjadi.

Pak Kepsek ingin mereka menyaksikan betapa sulitnya membersihkan cermin yang penuh bekas lipstik itu.

Petugas kebersihan lalu menunjukkan caranya. Ia mengeluarkan kuas panjang dari dalam kotak. Ia kemudian mencelupkan kuasnya ke lubang toilet terdekat, pindah ke cermin, dan mulai mengelap untuk menghilangkan bekas lipstik.

Sigit Nugroho
Penulis