Maka seluruh gedung itu dengan enam lantai, dipenuhi lukisan Denny JA.
Di semua lantai tersebut, di bagian eksterior, yang menghubungkan kamar-kamarnya dipajang 188 lukisan Denny JA. Setiap lantai berisi lukisan dengan satu topik dan tema berbeda-beda.
Di lantai paling tinggi, yaitu lantai tujuh, khusus menampilkan lukisan-lukisan Denny JA mengenai imajinasi anak-anak. Ada anak-anak di sana yang sedang rindu bermain ayunan di bulan.
Ada anak kecil dari satu desa yang naik sepeda dan membayangkan dirinya melayang di antara planet-planet yang luas. Juga ada anak-anak yang membayangkan mereka masuk ke dalam laut dan bermain dengan ikan-ikan sebagai sahabatnya.
Lantai bawahnya lagi khusus untuk aneka lukisan dengan telinga yang besar. Itu sebagai simbol mendengarkan. Denny menggambarkan tokoh yang dalam hidupnya banyak mendengar, telinganya lebih besar.
Di sana ada Mahatma Gandhi, Nelson Mandela. Ada Bunda Teresa, Dalai Lama. Juga hadir tokoh-tokoh lain yang mungkin tidak kita kenal, tetapi mereka mendedikasikan diri untuk mendengar.
Lantai di bawahnya lagi, Denny melukis ulang berbagai pelukis dunia. Remaking. Tetapi dalam lukisan itu saya berikan bobot baru sesuai dengan zaman sekarang.
Baca Juga
Ada Da Vinci, Michelangelo, Van Gogh, Pablo Picasso, tetapi juga generasi berikutnya seperti Andy Warhol, Gustav Klimt, Frida Kahlo, Fernando Botero.
Bahkan juga ada pelukis Indonesia seperti Raden Saleh, Dede Eri Supria dan Affandi, yang lukisan dilukis ulang oleh Denny JA, demikian Firman Firdaus.
Denny JA sendiri menyatakan. “Kemampuan AI untuk melukis pada waktunya akan melampaui raksasa pelukis di zaman dulu. Tapi tetap saja para kreator yang mendaya gunakan AI itu akan lebih hebat lagi. *