"Setiap tahunnya, kami lakukan lebih awal sesuai dengan penentuan Mbah Benu," ujar Daud.
Menurutnya, jamaah Islam Aolia itu tersebar hingga ke berbagai negara. Sampai penentuan dari masuknya bulan Ramadhan mengikuti Mbah Benu.
"Mba Benu punya perhitungan sendiri mengenai penentuan awal bulan Ramadhan. Jadi seluruh jamaah mengikuti Mba Benu," imbuhnya.
BACA JUGA:
- Arti Sabar dalam Islam Itu Ada Tiga: Mari Simak Apa Saja Itu
- Makna Puasa Ramadan, 3 Kewajiban Umat Islam yang Harus Kamu Tahu
Penentuan Bulan Ramadhan
Penentuan awal bulan Ramadhan selalu menjadi momen penting bagi umat Islam di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Tahun ini, perbedaan metode penentuan awal Ramadhan kembali muncul, dengan Muhammadiyah telah menetapkan 1 Ramadhan 1445 Hijriah jatuh pada 23 Maret 2024, sedangkan pemerintah melalui Kementerian Agama (Kemenag) masih akan menggelar sidang isbat pada 29 Syaban 1445 H atau 10 Maret 2024.
Perbedaan ini berakar pada dua metode utama dalam menentukan awal bulan Hijriah, yaitu hisab dan rukyat. Hisab adalah metode perhitungan astronomis untuk menentukan posisi bulan, sedangkan rukyat adalah pengamatan langsung hilal (bulan sabit muda) di ufuk barat setelah matahari terbenam.
Metode Hisab
Metode hisab didasarkan pada perhitungan astronomis yang mempertimbangkan posisi bulan, matahari, dan bumi. Hisab memungkinkan prediksi awal bulan Hijriah dengan tingkat akurasi yang tinggi. Muhammadiyah, bersama beberapa organisasi Islam lainnya, menggunakan metode hisab hakiki wujudul hilal, yang menyatakan bahwa awal bulan baru terjadi saat ijtimak (konjungsi) bulan dan matahari terjadi sebelum matahari terbenam di wilayah Indonesia.
Metode Rukyat
Metode rukyat mengandalkan pengamatan langsung hilal di ufuk barat setelah matahari terbenam. Pengamatan dilakukan oleh tim pemantau di berbagai lokasi di Indonesia. Jika hilal terlihat, maka 1 Ramadhan ditetapkan pada hari berikutnya. Jika hilal tidak terlihat, maka 1 Ramadhan diundur ke hari berikutnya.
Pemerintah dan Sidang Isbat
Pemerintah Indonesia, melalui Kemenag, menggunakan kombinasi metode hisab dan rukyat dalam menentukan awal bulan Hijriah. Sidang isbat, yang dihadiri oleh para ahli hisab, pakar astronomi, dan perwakilan ormas Islam, menjadi forum untuk mempertimbangkan hasil perhitungan hisab dan laporan rukyat dari berbagai lokasi.