Setelah melihat pagar itu saya berkesimpulan: bergegaslah ke Madinah. Mumpun jendelanya masih ada –ups, mumpun pagarnya masih ada. (Dahlan Iskan)
Komentar Pilihan Dahlan Iskan di Tulisan Edisi 3 Maret 2024: Kalah Takut
Liam Then
Banyak dokter teriak, pendapatan kurang, beban kerja banyak. Ini benar adanya, jadi dokter itu sungguh susah. Semasa pendidikan, pun di Amerika, itu sungguh berat pengalamannya, pride ,harga diri harus dibuang jauh-jauh, bahkan boleh dibilang, HAM kayaknya tak berlaku disini, bagi para mahasiswa kedokteran, Mentor itu segala-galanya. Jadi mahasiswa kedokteran ,yang sedang dalam proses bimbingan mentor, itu bahkan harus pandai sekaligus jadi ahli baca ekspresi muka. Jadi memang mau jadi dokter, dan menjadi dokter itu benar susah. Syukur-syukur pasien sembuh, jika tambah parah, tak sembuh-sembuh, langsung dikomentari : "Itu dokter tak bagus" !....Waduh...kata siapa jadi dokter itu enak....jadi dokter itu sama tak enaknya dengan jadi orang sakit. Setiap hari harus bersua dengan yang namanya penderitaan, kesakitan. Dalam proses pendidikannya harus sering makan hati, sudah lulus status dokter muda pun, lingkungan profesi yang toxic( tak ada kata padanan lain yang lebih cocok untuk gambarkan) ,karena ada kecenderungan pada supremasi superiotas dokter senior. Harapan kemanusiaan, masalah layanan kesehatan ini, mungkin ada pada perkembangan teknologi AI dan teknologi komputer quantum, yang berkali lebih cepat dari komputer konvensional. Nanti mungkin akan ada dokter digital, yang tak punya perasaan, tak punya keluarga, tak perlu gaji. Setiap pasien tinggal masuk sebuah ruang scan, langsung di x ray, dicucuk jarinya ambil sampel darah, lepas keluar langsung ada resep.
Afa
Sambil nunggu ko EM, saya tebak: 'lebih bayar' karena tidak jadi dibius. Uang obat bius yang sudah dibayar bpjs sono, jadi hak pasien. Kalau pasien minta obat generik saja, ndak usah obat bermerk, maka selisih harganya di transfer ke rek pasien. Kalau rawat inap, adanya kamar kelas 3, kelas 1 full, maka pasien dapat lagi transferan tunjangan kamar. Asyikkkk yah kalau mengkhayal wkwkwkwk
Liam Then
Ini sepotong cerita, dari kejadian hampir 30 tahun lalu. Bagi para TKI yang beruntung kerja di Taiwan. Menjadi sakit itu musibah,tapi kadang pada tahap sakit tertentu, ia menjadi anugrah. Bikin banyak kawan sesama TKI iri, sakit sampai masuk RS, dirawat lebih dari seminggu, kok pas keluar ATM-nya malah ngisi, lebih banyak dari yang gak sakit, yang kerja lembur tiap hari. Setiap kami, para TKI jalur resmi, diberi kartu BPJS-nya versi Taiwan. Entah bagaimana perhitungannya, jika sampai sakit rawat inap, agak lama di rumah sakit, pas keluar malah ada masuk dana otomatis, kayak sejenis istilah "lebih bayar", klaim BPJS-nya. Ini sering jadi dagelan antara TKI, "kapan ya saya sakit" Taiwan memang tercatat sebagai dalam daftar negara dengan penyelenggaraan sistem kesehatan terbaik. Saya pernah gunakan dua kali kalo tak salah, semasa disana, pertama ketika dapat kecelakaan di pabrik, kedua ketika pergi tambal gigi. Yang pertama agak unik, karena kurang lancar bahasa Mandarin, waktu mau dijahit lukanya, si dokter tanya "#@#$@&@$@......", ngga ngerti , langsung ,angguk saja. Langsung si dokter jahit luka saya. Wow, sakit sekali, asem banget, rupanya si dokter tanya, tak pakai bius kuat gak?" Yang kedua waktu ke dokter gigi, simpel sekali, tinggal ke klinik praktek dokter terdekat, kasih lihat kartu, tak tunggu lama ,langsung ditindaki. Beberapa teman yang harus menggunakan kartu BPJS-nya versi Taiwan ini, juga mengungkapkan pengalaman serupa, tidak susah, tak antri lama.
Atho'illah
Kebenaran bagai kabut tipis, Menyelimuti kenyataan yang samar, Setiap orang menggenggam setitik, Meyakini bahwa dialah yang benar. Debat dan argumen berkecamuk, Mempertaruhkan logika dan rasa, Ego dan ambisi beradu, Mencari kemenangan semu, lupa makna. Kebenaran, bagai lukisan abstrak, Penuh makna dan interpretasi, Setiap mata melihatnya berbeda, Setiap hati merasakannya dengan caranya. Lalu, untuk apa memperdebatkan kebenaran? Jika ia bagai asap yang mudah tertiup angin, Jika ia bagai kabut yang mudah menguap di pagi hari. Debat tentang kebenaran, Seringkali hanya melahirkan perpecahan, Membuat ego dan kesombongan menari di atas panggung, Dan melupakan esensi dari pencarian itu sendiri. Kebenaran sejati, tidak ditemukan dalam kata-kata, Ia tersembunyi di dalam hati yang tulus, Di dalam jiwa yang penuh kasih sayang, Dan di dalam pikiran yang terbuka untuk belajar.
djokoLodang
--o-- ... Tangan saya pun sempat dipegang petugas: diarahkan. Agar posisinya lebih pas. Pun tidak berhasil. ... Mengapa tidak berhasil? Jangan-jangan memang disengaja oleh Abah supaya posisinya tidak pas. Supaya bisa berlama-lama tangannya dipegang oleh petugas. --jL--
Ahmad Zuhri
"Perasaan itu aneh. Sulit dimengerti. Perjalanan Jeddah-Madinah ini hanya 1,45 menit tapi rasanya lama sekali. Lebih lama dari 2,5 jam antara Abu Dhabi–Jeddah." Ya iya lah, di pesawat sesekali masih bisa lirik 7i dengan modus lihat jendela... lha dikereta cepat, udah ga ada yg bisa dilirik, lihat jendela juga hanya gersang dan tandus.. Hayo, ngaku...
Ummi Hilal