Faktor Risiko Intoleransi Laktosa
Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami intoleransi laktosa antara lain adalah:
- Peningkatan usia, di mana intoleransi laktosa lebih sering terjadi pada orang dewasa.
- Kelahiran prematur.
- Masalah kesehatan yang memengaruhi usus kecil, seperti pertumbuhan bakteri berlebih di dalam usus, penyakit celiac, dan Crohn’s disease.
- Pernah menjalani pengobatan kanker sebelumnya, seperti kemoterapi.
Gejala Intoleransi Laktosa
Biasanya, tanda-tanda intoleransi laktosa muncul sekitar 30 menit hingga 2 jam setelah seseorang mengonsumsi makanan yang mengandung tinggi laktosa. Gejalanya meliputi:
- Nyeri perut.
- Diare.
- Sering buang angin.
- Perut kembung.
- Mual dan muntah.
Diagnosis Intoleransi Laktosa
Langkah awal yang dilakukan oleh dokter untuk mendiagnosis intoleransi laktosa adalah dengan melakukan wawancara medis dan pemeriksaan fisik.
Jika diperlukan, dokter juga akan melanjutkan dengan pemeriksaan penunjang. Tindakan medis yang dapat dilakukan oleh dokter untuk menegakkan diagnosis intoleransi laktosa termasuk:
1. Tes toleransi laktosa
Pasien diminta untuk mengonsumsi makanan atau minuman yang mengandung laktosa tinggi. Kemudian, dokter akan mengambil sampel darah untuk memeriksa kadar glukosa. Jika tidak terjadi peningkatan kadar glukosa, ini dapat menjadi indikasi adanya intoleransi laktosa.
2. Tes napas hidrogen
Pasien diminta untuk mengonsumsi makanan atau minuman yang mengandung laktosa tinggi. Tes dilakukan untuk memeriksa kadar hidrogen dalam napas. Tingkat hidrogen yang tinggi dalam napas dapat menunjukkan adanya intoleransi laktosa.
3. Tes keasaman feses
Ini dilakukan dengan mengambil sampel feses untuk memeriksa kadar asam laktat, glukosa, dan asam lemak rantai pendek lainnya yang dapat mengindikasikan intoleransi laktosa.
Perawatan Intoleransi Laktosa