Dalam kaitannya dengan kerja sama dan pembangunan UKM, di mana dalam kepemimpinannya, Kementerian Koperasi dan UKM (KemenKopUKM) telah mencoba yang terbaik untuk mempromosikan koperasi modern dan harus terlibat dalam ekonomi digital, demikian juga UKM.
“Pertumbuhan perusahaan-perusahaan kecil juga sangat mengejutkan. Pada 2009, ada 52,77 juta UKM dan pada tahun 2013 telah menjadi 57,9 juta UKM atau tumbuh sekitar 2,41 persen per tahun dan tahun 2023 telah mencapai 64 juta UKM,” kata MenKopUKM.
Peran UKM tidak hanya untuk pertumbuhan ekonomi, tetapi juga untuk penciptaan pekerjaan dan pengurangan kemiskinan. UKM telah berkontribusi lebih dari 97,2 persen untuk penciptaan pekerjaan dan 60,5 persen untuk GDP.
UKM Inovatif
Tak hanya itu, pada 2023, pada beberapa kesempatan, Presiden Jokowi menyampaikan bahwa Pemerintah Indonesia akan melakukan hilirisasi industri secara menyeluruh di semua sektor, termasuk UKM. Menurutnya dengan hilirisasi Indonesia dapat memperluas lapangan pekerjaan dan meningkatkan pendapatan per kapita per tahun.
Berdasarkan data Bappenas, jika hilirisasi industri berjalan lancar maka pendapatan per kapita Indonesia dalam 15 tahun mendatang akan mencapai 15.800 per dolar Amerika Serikat (AS) dan akan melonjak lagi sebesar 25.000 per dolar AS per tahun pada 2045.
MenKopUKM menuturkan, mayoritas UKM di Indonesia adalah milik pelaku usaha mikro dan kecil, fokus pemerintah dalam mempromosikan UKM Indonesia adalah memperluas akses ke keuangan (bank dan non-bank, termasuk koperasi), meningkatkan produk standardisasi dan sertifikasi mereka untuk akses pasar, meningkatkan teknologi dan inovasi untuk produktivitas dan daya saing mereka.
“Kewirausahaan adalah salah satu program prioritas kami untuk mendorong pengembangan pengusaha muda untuk mengurangi pengangguran,” katanya.
Kemudian mempromosikan UKM inovatif melalui peran Inkubator Bisnis dan Teknologi juga penting untuk menciptakan UKM yang kompetitif. Namun diakuinya, kapasitas Bisnis dan Teknologi Inkubator Indonesia masih relatif kurang di belakang negara-negara lain di ASEAN.
“Untuk itu, kami ingin belajar dari pihak Belanda tentang mempromosikan UKM inovatif melalui peran Inkubator Bisnis dan Teknologi,” katanya.
Lebih dari itu kata MenKopUKM, untuk menjadi pusat pertanian dan budidaya perairan global, ASEAN menghadapi tantangan dalam menyediakan ekosistem bisnis yang memfasilitasi usaha mikro dan kecil untuk tumbuh dan berkembang melalui koperasi dan kemitraan rantai pasok.
“Saya tahu Belanda sangat kuat di rantai nilai global. Selama kunjungan ini, kami juga ingin mengunjungi beberapa UKM di Belanda yang terkait dengan rantai pasokan global, terutama di industri pertanian, akuakultur, dan manufaktur,” ucap Menteri Teten.