Aceh 1000K

fin.co.id - 18/06/2023, 07:10 WIB

Aceh 1000K

Dahlan Iskan saat berkunjung ke Ata Kopi, Aceh.

Saya sudah ke situ kemarinnya. Ngobrol politik. Ayah Mirza adalah tokoh politik utama di Aceh. Saya sudah membaca buku biografi sang ayah. Berlinang air mata. Istrinya meninggal saat ia persis dipecat Aburizal Bakrie dari jabatan ketua Golkar Aceh. Lalu dicopot pula dari jabatan wakil ketua DPRA.

Sang ayah, Sulaiman Abda, lantas membangun musala di belakang Rumah Aceh itu. Nama sang istri diabadikan menjadi nama musala. "Ini Taj Mahalnya ayah," ujar Mirza. Di situlah sang ayah menghabiskan malam-malamnya. Sampai sekarang. "Ibu saya mungkin wanita tercantik di seluruh Aceh," ujar Mirza. Juga cerdas. Lahir batin. Dia master pendidikan. Menderita kanker kandungan –dan tidak ingin suaminya tahu.

Dua kali ke kafe ini, dua rasa kopi saya coba. Sebagai bukan penikmat kopi saya tidak tahu apa beda keduanya. 

Mirza sangat ingin medianya bergabung ke Disway. Saya pun ingin. Kami bicara panjang: bagaimana caranya. Pembicaraan buntu ketika sampai pada Google: bagaimana cara menolak iklan yang hanya disukai Leong Putu itu. Tidak ada jalan keluar. Belum.

BACA JUGA: Suhu Besar

Akhirnya saya bisa bertemu ayahnya Mirza. Habis subuh. Lokasi pertemuan di sebuah kafe, agak jauh dari Rumah Aceh. Tiap pagi ia ngopi di kafe itu. Dengan para teman sebayanya: profesor ekonomi, profesor hukum, doktor sastra Arab, dan para tokoh lainnya. Yang ia masygul, sang istri tidak sempat tahu: semua jabatannya dipulihkan ketika Aburizal dan Agung Laksono rukun kembali. Keduanya setuju memilih Setya Novanto jadi ketua umum Golkar yang baru.

Mirza juga membuatkan saya janji bertemu tokoh agama di Aceh. Janji ketemunya juga di kafe. Dekat masjid sang ustaz. Sehabis memberi kuliah subuh ia selalu ngopi di situ.

Subuh itu saya sudah dua kali ke kafe. Di sela ke dua kafe itu saya ke Masjid Baiturrahman. Waktu terkena tsunami hanya rusak sebagian. Masjid itu kian cantik. Halamannya diperluas. Jalan di depan masjid itu dipindah ke depan lagi. Jalan lama untuk menambah luas halaman. Lalu di halaman itu didirikan atap modern model halaman masjid Madinah. 

'Payung otomatis' itu menambah keindahan masjid. Hanya saja atap itu jarang dibuka. Angin terlalu kencang.

BACA JUGA: Putri Cowell

Sore itu panitia mengajak saya rapat: persiapan seminar kedokteran keesokan harinya. Rapatnya: di kafe. Yakni kafe di seberang kafe. Saya hampir salah masuk karena di sebelah kirinya juga kafe.

Di situ saya ingin mencoba kopi yang belum pernah saya dengar namanya: kopi nira. Ternyata kopinya dicampur dengan cairan dari tangkai bunga aren.

"Halal?" tanya saya kepada mahasiswi sebelah saya.

"Kan ini belum jadi tuak," jawabnya.

BACA JUGA: Pelangi Kesepian

Admin
Penulis