Industri . 02/11/2022, 18:49 WIB
JAKARTA, FIN.CO.ID -- Harga minyak dunia menguat, Rabu, setelah data industri menunjukkan penurunan mengejutkan dalam stok minyak mentah Amerika, memperlihatkan permintaan tetap bertahan meski kenaikan suku bunga yang curam meredam pertumbuhan global.
Minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, naik 54 sen, atau 0,6 persen, menjadi USD95,19 per barel pada pukul 14.23 WIB, demikian dikutip dari laporan Reuters, di Singapura, Rabu 2 November 2022.
BACA JUGA: Harga BBM Pertamax Pertamina Lebih Mahal Daripada Shell, Kok Bisa?
BACA JUGA:Bahana Line Ajukan Penghentian PKPU Meratus Line di Pengadilan Negeri Niaga Surabaya
Sementara itu, patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI), meningkat 72 sen, atau 0,8 persen, menjadi USD89,09 per barel.
Kedua benchmark itu melambung sekitar 2 persen di sesi sebelumnya, didorong depresiasi dolar AS y dan setelah note yang tidak diverifikasi yang sedang tren di media sosial mengatakan pemerintah China akan mempertimbangkan cara untuk melonggarkan aturan Covid-19 mulai Maret 2023, berpotensi meningkatkan permintaan di pengguna minyak terbesar kedua dunia itu.
Dalam tanda positif lebih lanjut bagi permintaan, stok minyak mentah Amerika turun sekitar 6,5 juta barel untuk pekan yang berakhir hingga 28 Oktober, menurut sumber pasar yang mengutip data American Petroleum Institute.
Delapan analis yang disurvei Reuters rata-rata memperkirakan persediaan minyak mentah akan naik 400.000 barel.
BACA JUGA: Krisis Gak Pengaruh! INPP Jual Apartemen Seharga Rp1,5 Miliar-an Tetap Laris Manis
BACA JUGA:Batubara Jadi Idola, Penjualan RMK Meningkat 38,36 Persen
Pada saat bersamaan, persedian bensin turun lebih dari ekspektasi, dengan stok turun 2,6 juta barel dibandingkan perkiraan analis untuk penarikan 1,4 juta barel.
"Terlepas dari penarikan data stok AS yang lebih besar dari perkiraan, optimisme dari berita yang belum dikonfirmasi tentang keluarnya China dari kebijakan nol-Covid juga mendukung momentum kenaikan minyak," kata analis CMC Markets, Tina Teng.
Kebijakan nol-Covid China menjadi faktor kunci dalam menjaga harga minyak karena penguncian berulang memperlambat pertumbuhan dan mengurangi permintaan minyak di ekonomi terbesar kedua di dunia itu.
Teng menambahkan bahwa dolar AS yang lebih lemah juga menopang harga minyak. Depresiasi dolar membuat harga komoditas dalam greenback lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya.
BACA JUGA: Buka-bukaan Angkasa Pura I, Ada Investor Tertarik Berinvestasi di Kawasan Segitiga Kupang-Biak-Ambon
PT.Portal Indonesia Media
Alamat: Graha L9 Lantai 3, Jalan Kebayoran Lama Pal 7 No. 17, Grogol Utara, Kebayoran Lama, RT.7/RW.3 Kota Jakarta Selatan 12210
Telephone: 021-2212-6982
E-Mail: fajarindonesianetwork@gmail.com