"Kalau itu ditambah dengan goyangan bisa-bisa bebannya 7 sampai 10 ton, makanya jembatan tidak mampu dan ambruk karena overload. Kalau jembatan gantung biasanya yang lewat berjalan statis, kalau diam tentunya akan menambah beban pada jembatan," katanya.
Akibat ambruknya jembatan gantung tersebut, lanjut dia, kondisi jembatan di sisi timur sungai, pondasi dan balok poer serta pilon jatuh ke sungai, sedangkan sisi barat sungai, besi angker atau cantolan pemberat jembatan putus.
(BACA JUGA: Penolakan Gereja di Cilegon Berdasarkan SK Bupati Tahun 1975, Kemenag Bilang Begini... )
"Untuk penanganan sisi timur perlu dilakukan pembangunan kembali balok angker, pondasi dan pilon jembatan. Untuk sisi barat pembangunan kembali balok angker. Untuk kabel selling dan lantai jembatan juga perlu diperbarui," ujarnya.
Ia menjelaskan penanganan masih dilakukan asesmen di lapangan oleh Dinas PUPR dan untuk pembenahan nanti masih dirapatkan dengan BPBD Kabupaten Probolinggo karena bencana tupoksinya BPBD.
"Harapannya dalam waktu dekat sudah bisa dilakukan pembenahan untuk penggantian jembatan gantung dan mudah-mudahan dari hasil rakor itu bisa menggunakan dana BTT (Belanja Tidak Terduga) dalam waktu dekat untuk dilakukan perbaikan," katanya.
Hengky mengatakan pihaknya akan melakukan asessmen untuk jembatan-jembatan gantung yang lain yang ada di Kabupaten Probolinggo dan apabila memang dari asessmen terdeteksi awal harus ada perbaikan, maka akan segera dilakukan perbaikan agar tidak terjadi kejadian serupa di Desa Kregenan.
(BACA JUGA: Wali Kota Cilegon dan Warga Tandatangani Penolakan Bangunan Gereja, DPR RI Angkat Bicara)
"Saya imbau kepada masyarakat jika melewati jembatan gantung maka harus berjalan dan jangan berhenti atau diam, apalagi sambil digoyang-goyangkan karena hal itu sangat berbahaya sekali," ujarnya.