Ketika itu Shanghai mengerahkan dokter dan perawatnya ke Wuhan. Kini dokter dan perawat Wuhan balik membantu Shanghai –jaraknya dua jam pakai kereta cepat.
Maka, di setiap pagi, warga Shanghai senang-senang-susah. Senangnya karena bisa keluar kamar: menghirup udara segar.
Bertepatan dengan musim semi yang sejuk. Disertai sinar matahari pagi yang hangat. Meski itu tidak lama. Hanya sambil menunggu hasil tes. Duh, musim semi. Kalau saja tidak ada PPKM di sana.
Susahnya, kalau ternyata positif. Harus langsung diangkut ke karantina. Sesusah-susah tidak boleh keluar rumah lebih susah di karantina. Apalagi anjing mereka tidak boleh ikut ke karantina: lantas siapa yang memberi makan.
Untunglah ada HP. Mereka, teman satu gedung apartemen, bisa tukar menukar bahan makanan lewat HP. Dengan cara memanfaatkan waktu tes di pagi hari.
"Anda bisa ambil kantong plastik warna merah yang saya sangkutkan di sepeda di tempat parkir dekat tenda," tulis satu teman di WeChat-nya. Berarti ada bahan makanan tertentu di dalamnya.
Kebosanan akan makan itu-itu-saja menjadi beban kejiwaan lainnya. Maka saling tukar bahan makanan dilakukan pun di kesempatan yang begitu sempit. "Bahan makanan dari Anda untuk saya ditaruh di mana?" ia balik bertanya.
"Yang dari saya juga di kantong plastik warna putih di sepeda yang sama," jawab satunya.
Begitulah tiap pagi terjadi transaksi seperti itu –karena jadwal tes yang tidak sama.
Mereka lagi susah sekarang. Kita lagi bersenang-senang mau libur Lebaran. Jangan lupa tetap ingat pepatah lama: berakit-rakit ke hulu berenang-renang ke tepian.
Tinggal terserah Anda, apakah akan membaliknya.(Dahlan Iskan)