JAKARTA , FIN.CO.ID - Pihak Gedung Putih dikabarkan kesulitan mengatur panggilan telepon antara Presiden AS Joe Biden dan para pemimpin de facto Arab Saudi dan Uni Emirat Arab.
Seperti diketahui, saat ini AS tengah berupaya membangun dukungan untuk Ukraina, menahan terjadinya lonjakan harga minyak.
Tidak hanya itu, Negeri Paman Sam juga menawarkan bantuan kepada negara-negara Teluk Persia, dalam menghadapi serangan dari pejuang yang didukung Iran di Yaman. Demikian menurut pejabat Timur Tengah dan AS.
(BACA JUGA: McD Bakal Tutup Seluruh Gerainya di Rusia, Bagaimana Nasib Puluhan Ribu Karyawannya?)
Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman dan Sheikh Mohammed bin Zayed al Nahyan dari UEA, dilaporkan menolak untuk berbicara dengan Presiden Joe Biden dalam beberapa pekan terakhir ini.
Hal ini menurut pejabat AS, terkait dengan aksi vokal para pejabat Saudi dan Emirat dalam menyuarakan kritik mereka, khususnya terhadap kebijakan Amerika di Teluk Persia.
"Ada beberapa hal yang ingin disampaikan lewat telepon, namun hal itu tidak terwujud," kata pejabat AS seperti dikutip FIN (9/3) dari New York Post.
Sebelumnya, Presiden Biden melarang impor minyak asal Rusia, dan bembicarakan soal potensi kenaikan harga BBN di angka tertinggi.
Dan meski sudah menggunakan cadangan minyak yang dimiliki AS, Biden mengaku jika dirinya tidak mampu mencegah terjadinya kenaikan harga BBM.
Joe Biden sendiri tengah berusaha mendekati beberapa otokrasi penghasil minyak, seperti Iran, Arab Saudi dan Venezuela, untuk mengimbangi dampak yang disebakan invasi Rusia atas Ukraina terhadap pasar minyak dunia.
Sementara itu, para diplomat AS tengah bekerja untuk menengahi kesepakatan nuklir baru dengan Iran, dengan imbalan pemberian keringanan sanksi.
Tidak hanya Iran, beberapa pejabat AS juga dikirim ke Venezuela, untuk meredakan tensi antara AS dengan Nicolas Maduro, yang pemerintahannya tidak diakui keabsahannya oleh AS.
Sebelum invasi Rusia atas Ukraina, AS sempat menjamu para pemimpin produsen gas alam dalam sebuah pertemuan. Beberapa di antaranya adalah Perdana Menteri Norwegia Jonas Gahr Store.
Emir Qatar Tamim bin Hamad Al Thani, juga disebut dalam daftar jamuan itu. Dukungan dari para produsen gas alam ini dianggap perlu guna mengimbangi potensi terjadinya kekurangan pasokan gas alam di Eropa.
Dapatkan berita terkini langsung di ponselmu. Ikuti saluran FIN.CO.ID di WhatsApp: https://whatsapp.com/channel/0029Vajztq