"Ni org psikopat gilaaa serem bgtt," lanjut @Thriftedbajumu1.
(BACA JUGA: Dituding Berbohong Soal Kuliah di Oxford, Wirda Mansur Buka Suara)
Akun @veelgeno menulis: "Org tidak waras, tidak menghargai jasaf manusia yabg sudah meninggal. Jangankan dicincang, jasad manusia dimandikan dg tersentuh telapak tangan sj dia menjerit kesakitan. Andai manusia hdp mendengarnya akan lari semua gak sanggup dgar jeritannya. Manusia iblis dia bukan designer."
Seperti diberitakan, Kepolisian Brasil berhasil membongkar sindakat kasus penjualan organ manusia lintas internasional.
Kabarnya, salah satu desainer ternama asal Indonesia berinisal AP ikut terlibat dalam pemesanan paket organ manusia itu dari Brasil.
(BACA JUGA: Dua Eks Pejabat Garuda Indonesia Ditetapkan Tersangka Korupsi Pengadaan Pesawat)
"Paket dari Manaus berisi potongan tubuh manusia itu dipesan oleh desainer Indonesia berinisial AP," demikian laporan yang diterima oleh Vice World News dari salah satu sumber polisi, dikutip Kamis (24/2/2022).
Menurut kabar yang beredar, AP beberapa kali menuai kontroversi, salah satunya karena pernah membuat tas jinjing dari bahan tulang manusia.
AP saat itu berdalih jika tas dari bahan tulang tersebut didapatkan dari sumber yang "etis", serta dilengkapi surat resmi otoritas medis di Kanada.
(BACA JUGA: Bukan Sultan Kaleng-kaleng! Asistennya Ulang Tahun, Raffi Ahmad Langsung Kirim Hadiah 'Besar' Ini)
Berdasarkan keterangan polisi, mereka menemukan potongan kaki dan tiga paket plasenta yang sudah dipaketkan dan akan dikirim ke Singapura.
Organ-organ itu kabarnya akan diawetkan oleh seorang profesor di laboratorium anatomi manusia Universitas Negeri Manaus (UEA) menggunakan metode plastinasi dan epoksi.
"Tujuan pengiriman paket itu adalah Singapura. Salah satu paket sudah meninggalkan Manaus, namun belum jelas apakah paket itu telah sampai ke tujuan," kata Polisi federal Brasil dikutip dari Vice World News.
(BACA JUGA: Guntur Romli Peringatkan Nasib Roy Suryo Bisa Seperti Buni Yani: Memotong Seenaknya Pernyataan Orang!)
"Staf di laboratorium itu terlibat operasi pengawetan organ untuk kepentingan komersial. Sejumlah karyawan di lab UEA juga telah dipecat karena diduga terlibat skandal ini. Profesor yang menyimpan dan mengawetkan organ juga sudah ditetapkan sebagai tersangka dan masih dalam pemeriksaan polisi," lanjutnya.