JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup melemah tipis pada Selasa (30/11/2021) sore ini. Isu soal kemunculan varian omicron Covid-19 menjadi perhatian serius para investor dan menjadi batu sandungan pada pemulihan ekonomi global.
Mengutip data Bloomberg hari ini pukul 15.00 WIB, kurs rupiah ditutup pada level Rp14.332 per dolar AS, melemah 13 poin atau 0,09 persen apabila dibandingkan dengan posisi penutupan pasar spot kemarin (29/11) di level Rp14.319 per dolar AS.
Sebaliknya, kurs referensi Bank Indonesia (BI), Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) justru menempatkan rupiah di posisi Rp14.320 per dolar AS atau menguat dari Rp14.340 per dolar AS pada Senin kemarin.
[caption id="" align="alignnone" width="1012"]
Trend Pergerakan Mata Uang Rupiah Terhadap Dolar AS (TradingView)[/caption]
Direktur PT. TRFX Garuda Berjangka, Ibrahim Assuaibi, mengatakan rupiah melemah karena pelaku pasar tetap berhati-hati tentang dampak varian omicron Covid-19 pada pemulihan ekonomi global.
"Omicron telah mendorong beberapa negara untuk menutup perbatasan mereka dan membayangi pemulihan ekonomi global," kata Ibrahim dalam keterangan hasil risetnya, Selasa (30/11/2021).
BACA JUGA: Lupakan Krisis Evergrande China, Dampaknya “Gak Ngaruh” Bagi Indonesia
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan risiko sangat tinggi dari lonjakan infeksi dari omicron, dengan beberapa negara sudah memperketat kontrol perbatasan. Namun, Presiden AS Joe Biden mengatakan bahwa AS tidak akan memberlakukan kembali penguncian, yang memberi sentimen investor sedikit dorongan.
Ketua Federal Reserve AS Jerome Powell mengatakan pada hari Senin bahwa ia masih memperkirakan inflasi akan surut selama tahun 2022 karena penawaran dan permintaan menjadi lebih seimbang.
"Namun, dia menambahkan bahwa kenaikan baru-baru ini dalam kasus Covid-19 dan munculnya varian omicron menimbulkan risiko penurunan terhadap pekerjaan dan aktivitas ekonomi dan meningkatkan ketidakpastian inflasi," ujar Ibrahim.
BACA JUGA: Kunci Perbaikan Ekonomi Tahun 2022 Adalah Penanganan Covid-19
Di Asia Pasifik, aktivitas pabrik China secara tak terduga meningkat pada November 2021, tumbuh untuk pertama kalinya sejak Agustus lalu. Setelah masalah hambatan pasokan dan penjatahan listrik yang mereda.
Biro Statistik Nasional (NBS) melaporkan Indeks Manajer Pembelian (PMI) manufaktur resmi berada di 50,1 pada November. Capaian ini naik dari 49,2 pada Oktober 2021. Ini sedikit menjadi sentimen positif yang menahan pelemahan kurs rupiah.
Dari dalam negeri, pasca Mahkamah Konstitusi (MK) memutuskan bahwa Undang-Undang Cipta Kerja Inkonstitusional dan diberikan waktu 2 tahun agar pemerintah melakukan revisi, pemerintah langsung merespon positif dan melakukan revisi-revisi/pembenahan-pembenahan dengan cara melakukan operasionalisasi Undang-Undang (UU) Cipta Kerja pada seluruh sektor. Ini juga menjadi sentimen positif sehingga membantu menahan kurs rupiah melemah tipis sore ini.