JAKARTA - Masyarakat baik nelayan maupun aktivitas pelayaran lainnya diminta untuk tidak melaut dahulu sepekan ke depan. Cuaca ekstrem akibat siklon tropis menyebabkan gelombang tinggi dan membahayakan pelayaran.
Direktur Kesatuan Penjagaan Laut dan Pantai (KPLP) Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, Kementerian Perhubungan, Ahmad meminta agar seluruh aktivitas pelayaran dihindari. Ini untuk meminimalisir kecelakaan dampak dari cuaca ekstrem akibat Bibit Siklon Tropis.
“Masyarakat pelayaran diimbau untuk tidak melakukan kegiatan pelayaran di tanggal 14 - 21 April 2021 pada wilayah perairan Papua Utara, Maluku Utara dan Sulawesi Utara. Masyarakat juga perlu waspada terhadap ancaman banjir pesisir yang dapat terjadi pada saat bersamaan fase pasang air laut,” katanya dalam keterangan persnya, Rabu (14/4).
Dikatakannya pula, ada sirkulasi siklonik yang terpantau di Samudera Hindia barat daya Bengkulu, di Samudera Hindia selatan DI Yogyakarta, dan perairan barat Papua.
“Kondisi ini menyebabkan peningkatan potensi pertumbuhan awan hujan di sekitar wilayah sirkulasi siklonik tersebut,” ujarnya.
Berdasarkan informasi dari BMKG, pertemuan dan perlambatan kecepatan angin (konvergensi) lainnya terpantau pula memanjang dari Sumatera Utara hingga Aceh, dari Riau hingga perairan timur Semenanjung Malaysia, dari Jawa Tengah hingga perairan selatan Pulau Belitung.
Kemudian dari perairan selatan Jawa Tengah hingga Samudera Hindia barat daya Lampung, dari perairan selatan Kalimantan Tengah hingga Kalimantan Tengah bagian utara, dari Kalimantan Timur bagian barat hingga pesisir barat Kalimantan Timur, dari pesisir utara Kalimantan bagian utara hingga pesisir timur Kalimantan Utara.
Selanjutnya, dari perairan selatan Sulawesi Tenggara hingga perairan timur Sulawesi Tenggara, dan dari perairan barat Sulawesi Selatan hingga Sulawesi Tengah. Kondisi ini mampu meningkatkan potensi pembentukan awan hujan di sepanjang daerah tersebut.
“Direktorat Jenderal Perhubungan Laut menyiapsiagakan kapal-kapal negara, baik kapal patroli KPLP dan Kapal Negara Kenavigasian untuk mengantisipasi dan memberikan pertolongan SAR jika terjadi musibah atau kecelakaan laut," katanya.
Selain itu, seluruh jajaran Direktorat Jenderal Perhubungan Laut dan petugas KPLP yang berada di Unit Pelaksana Teknis (UPT) juga diminta siaga mengantisipasi segala kemungkinan yang ditimbulkan akibat adanya cuaca ekstrem dampak dari bibit siklon tropis.
"Pada hal terjadi cuaca ekstrem, kepala syahbandar diminta untuk menunda menerbitkan Surat Persetujuan Berlayar (SPB) hingga cuaca telah memungkinkan untuk berlayar," katanya.
Kepala Pusat Meteorologi Maritim, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Eko Prasetyo menyebut gelombang tinggi hingga enam meter berpotensi di perairan Samudra Pasifik utara Papua dan Papua Barat.
"Potensi gelombang dengan kategori sangat tinggi 4-6 meter berpeluang terjadi di Samudra Pasifik utara Papua barat - Samudra Pasifik utara Papua," ujarnya.
Gelombang tinggi tersebut diprakirakan terjadi di beberapa wilayah perairan Indonesia antara 14 - 16 April 2021.