JAKARTA- Politikus Partai PSI, Muannas Alaidid meminta aktor dan komedian Pandji Pragiwaksono agar tidak membandingkan Front Pembela Islam (FPI) dengan Nahdatul Ulama dan Muhammadiyah.
"Jadilah komedian yang baik, jangan komentarin dan menghukumi sesuatu yang anda Pandji tidak ketahui, Dzolim anda," kata Muannas di twitternya, Rabu (20/1).
Muannas bilang, membandingkan FPI dengan dan Muhammadiyah salah besar. Sebab kedua ormas Islam besar di Indonesia itu telah banyak berjasa kepada bangsa.
"NU dan Muhammadiyah berjasa dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dan membantu masyarakat," kata Muannas.
Muannas meminta Pandji agar minta maaf atas ucapannya.
"Saran saya untuk para pembohong dan pengadu domba sebaiknya MINTA MAAF kepad ke 2 ormas islam terbesar tersebut," kata Muannas.
Muannas juga menyertakan beberapa tangkapan layar judul media online yang memberitakan aktivitas NU dan Muhammadiyah dalam membantu masyarakat
"Ini @pandji sebagian kecil perjuangan mereka membantu musibah dan ujian dari Allah, jangan pura-pura tidak tahu, memang hanya FPI yang bisa bantu bencana dan dibutuhkan masyarakat ? fitnah dan kebohongan ada konsekuensi hukumnya. Jangan kayak Haikal atau Mbak You, sudah minta maaf aja," kata Muannas.
Sebelumnya, Pandji Pragiwaksono mengatakan, di masyarakat ada banyak yang menjadi simpatisan FPI. Terlebih lagi di kalangan bawah. Itu karena FPI selalu ada ketika masyarakat kalangan bawah meminta bantuan. Menurut Pandji Pragiwaksono, pendapat itu dia dengar dari Sosiolog Thamrin Amal Tomagola ketika diwawancarainya di Har Rock FM Jakarta tahun 2012 silam
“FPI itu dekat dengan masyarakat. Ini gue dengar dari Pak Thamrin Tomagola dulu tahun 2012, kalau misalnya ada anak mau masuk di sebuah sekolah, kemudian gabisa masuk, itu biasanya orang tuanya datangi FPI minta surat. Dibikinin surat ke FPI, dibawa ke sekolah, itu anak bisa masuk, terlepas dari isi surat itu menakutkan atau tidak, tapi nolong warga gitu,” ujar Pandji dilansir chanel YouTubenya, Rabu (20/1).
Pandji melanjutkan, FPI terkenal dan disukai di masyarakat kalangan bawah ketika para elit dari ormas Islam besar, yakni Nahdaul Ulama (NU) dan Muhammadiyah jauh dari masyarakat.
“FPI itu hadir gara-gara dua ormas besar Islam (NU dan Muhamamdiya) jauh dari rakyat. Mereka elit-elit politik. Sementara FPI itu dekat. Kalau ada yang sakit, ada warga yang sakit mau berobat, ga punya duit, ke FPI, kadang-kadang FPI ngasih duit, kadang FPI ngasih surat. suratnya dibawa ke dokter jadi diterima,” ungkap Pandji.
Pandji melanjutkan, menurut Tamrin Tomagola, pintu ulama-ulama dari kalangan FPI selalu terbuka untuk membantu masyarakat yang sedang kesusahan. Sementara NU dan Muhammadiyah, terlalu elitis, sehingga masyarakat enggan untuk mendekat.
“Kata Pak Tamrin Tomagola, pintu rumahnya ulama-ulama FPI kebuka untuk warga, jadi orang kalau mau datang bisa. Nah, yang NU dan Muhammadiyah yang terlalu tinggi dan elitis, warga tuh ngga kesitu, warga justru ke FPI. Makanya mereka pada pro FPI, karena FPI ada ketika mereka butuhkan,” ungkap pria 41 tahun ini. (dal/fin).