News . 12/08/2020, 07:10 WIB
Di situ memberikan wewenang pendirian rumah ibadah kepada pemerintah daerah untuk meciptakan kerukunan melalui rekomendasi Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) tingkat provinsi. ”Sayangnya, fokus FKUB saat ini masih pada rumah ibadah antar umat beragama dan internal, belum menangani rumah ibadah kelompok sempalan (merujuk Ahmadiyah), padahal tugas itu ke sana,” bebernya.
Akibat salah konsep ini, sambung dia, banyak diantara warga yang melakukan pengrusakan rumah ibadah Ahmadiyah hingga berujung pada pengusiran dan kerusuhan. ”Jadi masalah ini ada di daerah, padahal lewat PBM dua menteri Nomor 9 Tahun 2006 mengenai Pendirian Rumah Ibadat, sudah jelas problem rumah ibadah diserahkan kepada daerah. Jadi sampai sekarang masalah itu belum selesai tidak ada titik “klik” nya,” paparnya.
Sebagai pengambil kornea mata, Iman harus siaga 24 jam ketika ada pendonor yang siap diambil kornea matanya. Meski tinggal di Kota Tangerang, bukan berarti wilayah kerjanya cuma di satu kota. Antar kota jadi santapan Iman ketika pihak keluarga pendonor ada yang menghubunginya.
“Saya pernah ke daerah Datar Kupa, Cianjur Selatan. Saya mendapat kabar sudah cukup malam, sekitar pukul 22.00 WIB. Mau tidak mau, saya harus segera menuju ke Cianjur. Saya berfikir saat itu harus segera sampai di kotanya. Tapi setelah sampai di kotanya, saya diarahkan untuk terus naik ke daerah pegunungan,” kata Iman sambil mengingat-ingat.
Sesampainya di wilayah pegunungan, bukan berarti langsung sampai. Mobil Suzuki APV miliknya harus terparkir di area rerimbunan pohon. Selanjutnya, Iman harus naik motor untuk bisa sampai di rumah pendonor.
Setibanya Iman, pihak keluarga sudah menunggu. Kata Iman, meski dalam kondisi duka, pihak keluarga justru terlihat tabah. “Ini yang saya ingat, jadi saya langsung saja diarahkan oleh keluarga untuk mengambil kornea matanya. Kata keluarga korban, itu adalah amanah yang harus dijalankan,” kata pria paruh baya tersebut.
Pengalamannya bukan cuma itu. Selain jarak tempuh, pihak keluarga ahli waris juga sering menjadi tertundanya pengambilan kornea mata si pendonor. “Mereka ada yang mengira diambil semua bola matanya. Padahal hanya kornea saja. Itupun paling sekitar 30 menit. Ada juga yang pemahaman jika jenazah harus kembali ke pencipta sempurna, tanpa kurang apapun,” terangnya.
Padahal, kornea yang diterima oleh penerima manfaat (recipient) sangat besar. “Mereka yang sebelumnya tiak bisa melihat, seperti mendapat anugerah baru. Biasanya mereka sangat berterima kasih kepada pendonor. Belum lagi doa-doa yang terus dipanjatkan. Ini akan terus menjadi amalan bagi si pendonor,” tambahnya.
[caption id="attachment_476347" align="alignnone" width="960"]
DONOR MATA TERBANYAK: Pendiri Museum Rekor Indonesia, Jaya Suprana menyerahkan plakat plakat penghargaan rekor pendonor mata terbanyak kepada Amir Jemaat Ahmadiyah Indonesia, Abdul Basith, Senin (24/7/207). (FOTO: DOK JAI)[/caption]
Sebelumnya, total jumlah calon pendonor ada 9.871 pada awal tahun Januari. Saat ini diprediksi sekitar 10 ribuan pendonor. Iman melanjutkan, sebaiknya, kornea mata yang didonorkan bisa diambil sebelum enam. Setelah pendonor meninggal dunia. Karena cairan yang berada pada mata pendonor belum terlalu kering.
Soal ketahanan kornea mata setelah diambil, tidak perlu diragukan. Ada cairan khusus yang mampu mengawetkan selama dua minggu. Tapi, umumnya kornea mata hanya bertahan beberapa hari di dalam cairan. Karena sudah banyak recipient yang menunggu.
“Dua tiga hari langsung terpakai. Dan dalam proses ini, ada tenaga eksisi yang sudah terlatih oleh bank mata. Umumnya mereka adalah tenaga medis. Oiya, KDMI juga masuk MURI untuk kategori calon donor mata terbanyak. Dan bis dibilang berkesinambungan untuk tingkat internasional,” bebernya.
Selain aksi donor mata, aksi sosial bagi masyarakat juga diberikan Warga Ahmadiyah Tangerang. Seperti penuturan Ketua DKM Masjid Mahmudah Sutisna Fadmadihardja. Pria 50 tahun ini mengatakan, di tengah pagebluk corona, jamaah Ahmadiyah ikut aktif membantu masyarakat yang terdampak. Secara ekonomi. Sejumlah bantuan mulai dari pemberian paket sembako, makanan gratis setiap Jumat, hingga donor darah.
“Kami juga memberikan APD (alat pelindung diri). Mulai masker, face shield, dan hazmat. Ke tenaga medis dan juga tim gugus tugas covid di kelurahan dan kecamatan. Alhamdulillah masih bisa membantu meringankan,” kata Sutisna.
[caption id="attachment_476348" align="alignnone" width="696"]
BANTU SESAMA: Kegiatan sosial yang dilakukan komunitas Jamaah Ahmadiyah, Masjid Mahmudah di Kelurahan Kenanga, Kecamatan Cipondoh, Kota Tangerang, Banten. selama pagebluk corona, komunitas ini juga aktif membantu sesama. (FOTO: DOK AHMADIYAH TANGERANG)[/caption]
PT.Portal Indonesia Media
Alamat: Graha L9 Lantai 3, Jalan Kebayoran Lama Pal 7 No. 17, Grogol Utara, Kebayoran Lama, RT.7/RW.3 Kota Jakarta Selatan 12210
Telephone: 021-2212-6982
E-Mail: fajarindonesianetwork@gmail.com