BANDARLAMPUNG – Kabar baik merebak dari sisi neraca perdagangan luar negeri. Di tengah gempuran pandemi Covid-19, nilai ekspor Provinsi Lampung pada Maret 2020 lebih tinggi dibandingkan nilai impor.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Lampung, nilai ekspor pada Maret 2020 mencapai US$222,85 juta lebih tinggi dari nilai impor Maret 2020 yang hanya US$103,66 juta. Artinya, neraca perdagangan luar negeri Provinsi Lampung pada Maret 2020 mengalami surplus sebesar US$119,19 juta.
Surplus neraca perdagangan Provinsi Lampung pada Maret 2020 diperoleh dari 10 negara utama sebesar US$44,34 juta. Kemudian, kelompok negara Uni Eropa sebesar US$25,60 juta, dan kelompok negara lainnya sebesar US$50,37 juta. Sementara defisit neraca perdagangan diperoleh dari negara ASEAN sebesar US$1,12 juta.
Kepala BPS Provinsi Lampung, Faizal Anwar memaparkan, nilai ekspor Provinsi Lampung Maret 2020 mencapai US$222,85 juta, mengalami penurunan sebesar US$27,58 juta atau turun 11,01 persen dibanding ekspor Februari 2020 yang tercatat US$250,44 juta.
“Nilai ekspor Maret 2020 ini jika dibandingkan dengan Maret 2019 yang tercatat US$220,06 juta, mengalami peningkatan sebesar US$2,79 juta atau naik 1,27 persen,” katanya.
Penurunan ekspor Maret 2020 terhadap Februari 2020 terjadi pada dua golongan barang utama yaitu lemak dan minyak hewan/nabati turun 39,62 persen dan batu bara turun 14,66 persen. Adapun golongan barang utama yang mengalami kenaikan yakni berbagai produk kimia naik 43,65 persen.
Kemudian ikan dan udang naik 27,99 persen; olahan dari buah-buahan/sayuran naik 15,14 persen; daging dan ikan olahan naik 11,19 persen; ampas/sisa industri makanan naik 10,80 persen; bubur kayu/pulp naik 9,23 persen; kopi, teh, rempah-rempah naik 1,37 persen; dan karet dan barang dari karet naik 1,33 persen.
Negara utama tujuan ekspor Provinsi Lampung pada Maret 2020 yakni Amerika Serikat yang mencapai US$44,30 juta, India US$35,25 juta, Selandia Baru US$19,49 juta, Tiongkok US$17,58 juta, Pakistan US$17,05 juta, dan Singapura US$8,50 juta.
Kemudian Philipina US$7,61 juta, Jepang US$7,35 juta, Vietnam US$7,16 juta, dan Spanyol US$6,98 juta. Sementara peranan kesepuluh negara tersebut mencapai 76,85 persen.
Sedangkan, untuk nilai impor Provinsi Lampung pada Maret 2020 mencapai US$103,66 juta atau mengalami peningkatan sebesar US$24,61 juta atau naik 31,14 persen dibanding Februari 2020 yang tercatat US$79,05 juta. “Nilai impor Maret 2020 tersebut juga lebih rendah US$43,00 juta atau turun 29,32 persen jika dibanding Maret 2019 yang tercatat US$146,66 juta,” katanya.
Menurut dia, dari 10 golongan barang impor utama pada Maret 2020, 5 di antaranya mengalami peningkatan, yakni gandum-ganduman naik 1.988,67 persen; biji-bijian berminyak naik 531,13 persen; gula dan kembang gula naik 140,70 persen; ikan dan udang naik 118,40 persen; dan binatang hidup naik 37,12 persen.
Adapun golongan barang impor utama yang mengalami penurunan yakni pupuk turun 80,19 persen; ampas/sisa industri makanan turun 57,83 persen; besi dan baja turun 34,10 persen; mesin-mesin/pesawat mekanik turun 21,86 persen; dan bahan kimia organik turun 12,75 persen.
Kontribusi sepuluh golongan barang utama terhadap total impor Provinsi Lampung pada Maret 2020 mencapai 91,75 persen. Rinciannya yakni gula dan kembang gula 39,64 persen; binatang hidup 21,70 persen; dan biji-bijian berminyak 10,94 persen.
Selanjutnya ampas/sisa industri makanan 4,83 persen; mesin-mesin/pesawat mekanik 4,53 persen; bahan kimia organik 2,73 persen; gandum-ganduman 2,44 persen; pupuk 1,82 persen; ikan dan udang 1,71 persen; dan besi dan baja 1,40 persen.
Terkait fenomena ini, Wakil Ketua Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) Provinsi Lampung, Yuria Tubarat mengatakan, pihaknya berharap kegiatan ekspor bisa terus bertahan di tengah hantaman pandemi Covid-19.